TANGERANGNEWS.com-Pada 26 Desember 2018 mendatang, pasangan Arief R Wismansyah - Sachrudin rencananya akan dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangerang periode 2018 – 2023. Artinya, petahana tersebut akan melanjutkan kepemimpinannya selama lima tahun mendatang.
Lantas, bagaimana tanggapan masyarakat Kota Tangerang setelah pasangan inkumben tersebut menggencarkan program ‘Tangerang LIVE’ disepanjang periode 2013 – 2018?
TangerangNews berkesempatan mewawancarai sejumlah elemen masyarakat, dari mulai orang yang berprofesi sebagai tukang becak hingga akademisi. Responnya pun cukup menarik dan patut disimak.
Nasir, pria yang kesehariannya sebagai tukang becak mengungkapkan bahwa dirinya merasakan kebebasan lantaran becak-becak dapat beroperasi selama Kota Tangerang dipimpin Arief – Sachrudin.
“Biasa sajalah sama saja saya begini-begini juga. Tapi beda dibanding yang kemarin siapa? Pak Wahidin kan becak dilarang kemana-mana, sekarang mah enggak dilarang sih bebas saja,” begitu kata pria berusia 65 tahun ini, Jumat (21/12/2018).
Menurut pria yang kerap mangkal di sekitaran Jalan Soleh Ali, Kota Tangerang ini, siapapun yang memimpin Kota Tangerang nasib dia sama saja. Kendati begitu, ia mengapresiasi pelayanan kesehatan di Kota Tangerang yang teramat mudah didapat keluarganya.
“Siapa yang mimpin sama saja lah jadi tukang becak juga, duit Rp30 ribu aja kurang cukup buat biaya sehari-hari. Enak mah saya kalo berobat ke rumah sakit itu tuh (RSUD Kota Tangerang) gratis,” ungkap Nasir.
Sementara Syafiq, pria 24 tahun yang kesehariannya berprofesi sebagai driver ojek online (ojol) ini menuturkan bahwa dirinya tidak begitu merasakan adanya perubahan di Kota Tangerang. Sebab, ia kurang mengetahui program yang digencarkan Arief – Sachrudin sepanjang lima tahun kebelakang. Yang ia tahu hanyalah, taman tematik.
“Menurut saya kepemimpinannya ya begitu saja yang dirasakan cuma ada pembangunan taman saja, selebihnya saya tidak tahu program Pak Arief apaan lagi,” tuturnya.
Warga Perumnas 1 itu menambahkan, sejumlah jalan raya maupun jalan lingkungan dinilainya teramat baik untuk dilintasi. Selain itu, aktivitas kendaraan juga kian terhindar dari kemacetan meskipun masih dirasakan. Ungkapan itu berdasarkan pengalamannya selama dua tahun berkelana di Kota Tangerang sebagai driver ojol.
“Fasilitas kayak jalanan sekarang sudah mulai bagus sampai ke gang-gang. Terus di lapangan masalah macet ya ada, cuma macet biasa saja,” ucapnya.
Viky Nugraha, warga Periuk Jaya memberikan tanggapan bahwa program ‘Kampung Kita’ yang digencarkan Arief – Sachrudin dalam rangka memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk membenahi kampungnya berhasil memikat hatinya.
“Kinerja Pak Arief selama ini tidak membuat warga kecewa, programnya bagus kayak kampung tematik biar jadi pada bersih,” katanya.
Viky yang tempat tinggalnya berdekatan dengan Total Persada dimana kerap menjadi langganan banjir dikala hujan lebat mengguyur wilayah Tangerang ini, menaruh harapan kepada Arief – Sachrudin untuk membenahinya di periode lima tahun kedepan.
“Di Kecamatan Periuk sendiri itu di Total Persada sebenarnya kan sering banjir tapi saya dengar sudah ditinjau Pak Arief. Bahkan tahun 2019 bakal dibenahin, ya mudah-mudahan saja program ini bisa terwujud untuk buat jembatan ditinggiin supaya tidak banjir lagi,” harapnya.
Sedangkan Saminah, ibu rumah tangga asal Cimone menanggapi bahkan memberikan usulan agar biaya pendidikan tingkat SMA/K Negeri di Kota Tangerang dibebaskan biaya. Padahal seperti diketahui, biaya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) di Kota Tangerang pada tingkat SMA/K Negeri sudah digratiskan. Terlebih pembinaan SMA/K Negeri merupakan tanggungjawab Pemprov Banten, bukan Pemkot Tangerang.
“Sudah bagus dalam menjalankan tugasnya. Cuma kalau boleh saya usul dalam bidang pendidikan untuk bebas biayanya,” ungkap salah satu wali murid SMA Negeri di Kota Tangerang dengan nada polos.
Sementara Ketua Kategori 2 Kota Tangerang Heru Suharsono menilai bahwa kepemimpinan Arief – Sachrudin sangat memperhatikan pembangunan sarana prasarana pendidikan.
Selama lima tahun dipimpinnya, kata Heru, fasilitas pembangunan SMP Negeri mulai tampak di hampir setiap kecamatan. Sebab, baik tidaknya kegiatan belajar mengajar tergantung fasilitasnya.
“Dari sisi SDM juga bahwa Wali Kota dan Wakil sangat peduli terhadap kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan baik PNS maupun Non PNS, diantaranya adalah menaikkannya tunjangan-tunjangan, insentif. Dan rencana yang sudah diprogramkan adalah memberikan UMK bagi tenaga pendidik dan kependidikan Non PNS, agar kesejahteraan mereka sangat terjamin sehingga lebih konsisten dalam bertugas,” paparnya.
Kendati demikian, Anggota DPRD Kota Tangerang HM Sjaifuddin Z Hamadin menilai dengan kacamata yang berbeda bahwa pada bidang pendidikan perlu adanya terobosan. Pasalnya, dengan dua lantai gedung sekolah saat ini, kata dia, sudah tidak memadai.
“Perlu ada terobosan untuk pembangunan sekolah periode WH dengan format tiga tingkat karena dengan dua tingkat sudah tidak memadai,” ungkapnya.
Selain itu, politisi Partai Amanat Nasional ini menyoroti program bedah rumah yang sudah digulirkan Pemkot Tangerang.
“Perlu dilakukan kedepan bukan bedah rumah, melainkan bedah kampung. Baik taman atau kampung dengan tema-tema tematik harus diikuti dengan konten-konten atau isi kampung sesuai dengan tematik dan paling penting berdampak secara ekonomis,” jelasnya.
Ia menambahkan, dalam mengimplementasikan program, Pemkot Tangerang perlu melakukan pendampingan agar masyarakat lebih mudah mengerti pembangunan yang sedang digencarkan. “Sehingga sosialisasi program berhasil,” tambahnya.
Akademisi Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) Mirza Shahreza menanggapi kepemimpinan Arief – Sachrudin berdasarkan data. Ia bertutur, kinerja inkumben tersebut selama lima tahun terakhir kian membawa perubahan bagi Kota Tangerang menuju lebih baik.
Jika melihat dari sisi investasi, kata dia, pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang pada sepanjang periode 2015 hingga 2017 mengalami kenaikan secara bertahap.
Misalnya dalam periode 2015 sampai 2016, sektor ini naik hingga menyentuh angka Rp3,2 triliun. Begitu pula menuju periode 2017, yang juga mengalami peningkatan di angka Rp1,1 triliun nilai investasi.
“Begitu pula dari sisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) saya juga lihat dari data tahun 2013 sampai 2017 itu ada peningkatan sekalipun fluktuatif,” ucap Dosen Komunikasi Politik ini.
Mirza melanjutkan, dalam sisi IPM di Kota Tangerang pun mengalami peningkatan bahwa sepanjang tahun 2013 menyentuh 0,83 point. Kemudian periode 2014, di angka 0,21 point. Sedangkan periode 2015 dan 2016 di angka 0,73 point dan periode 2016 hingga 2017 di angka 0,2 point.
“Intinya ada peningkatan dari kepemimpinan beliau. Jadi otomatis pengangguran dan kemiskinan juga bisa ditekan,” tuturnya.
#GOOGLE_ADS#
Pria yang juga penulis buku berjudul Etika Komunikasi Politik ini menambahkan, kepemimpinan Arief – Sachrudin melalui indeks kepuasan masyarakat bahwa pada periode 2016 dan 2017 dinilainya sangat baik yang secara otomatis sisi pelayanan publik pun demikian.
“Kepemimpinan beliau ini memang suatu peluang dan tantangan baginya untuk dapat membuktikan janji poltitk dan program yang dirancang untuk bisa bekerja kembali. Kesimpulannya memang bisa dirasakan kan, ya, dari kota yang mungkin banyak potensi, sehingga jadi suatu kota metropolitan yang menuju smart city dengan pola yang sifatnya mendukung ke era industri 4.0,” ucapnya.
Meskipun demikian, ia menyoroti sektor pariwisata di Kota Tangerang yang belum digarap secara maksimal. Katanya, kearifan lokal di Kota Tangerang belum begitu dioptimalkan. Walau taman-taman hingga kampung tematik, misalnya Kampung Bekelir mulai hadir dan belum memberikan efek yang sangat besar.
Begitupula dalam memberdayakan kota seribu industri dan sejuta jasa, dimana investor belum begitu menggeliat layaknya diumpamakan gula yang diminati semut.
“Yang menjadi tantangan khususnya Bandara Soekarno-Hatta ya jangan sampai terkesan sebagai transit. Makanya harus jadi upaya yang sungguh-sungguh,” paparnya.(RAZ/RGI)