TangerangNews.com

Mencari Edelwis yang Hilang

| Jumat, 27 Maret 2009 | 20:00 | Dibaca : 408

KISAH TRAGIS DI CIRENDEU Yunita Rahman ibu muda yang selamat dari musibah longsornya tanggul Situ Gintung di Keluarahan Cirendeu itu tak henti-hentinya mencari Edelwis. Dirinya mencari buah hatinya yang berusia dua bulan yang bernama Edelwis. Warga RT 04/08 Kelurahan Cirendeu itu terus mengorek-orek tanah serta sejumlah bangunan yang tersisa di kediamannya. Satu persatu barang yang ada di dekat rumahnya, yang kini sudah tidak rata itu dibukanya dari lumpur yang masih menutupi bekas kediamannya itu. Dengan busana seadanya, yakni menggunakan daster bercoral bunga-buanga dengan warna dasar hitam dibalut dengan handuk, dia mencari Edelwis. Ibu yang suaminya kerja di luar negeri itu, hanya tinggal bersama seorang pembantu rumah tangga bernama Sundari yang kini sudah ditemukan tewas. Dia masih berharap datangnya keajaiban atas nasib anaknya.. “Hati saya bergetar, dan meyakini anak saya masih selamat,” ucapnya dengan tegar tanpa terlihat setitikpun air matanya. Setelah tidak berhasil menemukan anaknya disekitar bekas rumahnya itu. Yunita yang kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan kiriman uang dari suaminya mencari keberbagai pelosok pinggiiran rumah warga lainnya. Meski kakinya terlihat meneteskan darah dan tubuhnya dipenuhi lumpur, Yunita seakan tidak perlu dan tidak merasakan itu semua. Dia tetap melakukan pencarian dengan tanpa alas kaki. Tanpa ada keraguan dalam hatinya. Yunita terus melangkah meskin terkadang orang yang mendampinginya akhirnya menyerah Ya, sejumlah relawan yang pada awalnya membantu mencari anaknya atau jenazah anaknya akhirnya menyarankan Yunita untuk beristirahat ke lokasi pengungsian. “Saya akan cari apapun keadaan anak saya,” katanya. Yunita selamat dari terjangan arus air, setelah dirinya naik kelantai atas rumahnya yang hanya seluas 60 meter. Saat menyelamatkan diri ke lantai atas, dirinya masih menggendong bayi yang baru dilahirkannya pada akhir Januari 2009 lalu. Namun, derasnya air membuat dirinya terlepas dari anaknya. Sebab, dirinya terseret hingga 100 meter ke lokasi yang malah membawanya ke tanah yang lebih tinggi, tepatnya di dekat fakultas hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Hingga matahari sudah terbenam, wanita berusia 28 tahun itu tetap melanjutkan pencariannya. “Selain mencari anak, saya juga akan mencari telepon selular saya. Minimal kartu saya masih bisa mencari nomor. Karena saya harus memberutahukan suami saya serta keluarga pembantu saya tidak selamat itu,” ucapanya. Wanita yang enggan menyebutkan nama suaminya dan berada di negeri mana itu, mengaku suara anaknya masih terdengar hingga petang kemarin.”Saya rasakan tangisan anak saya,” tandasnya. Kesaksian lainnya dirasakan Tri Agung Putut Dewantara,32. Suami dari Evi Aviancy,28 dan ayah dari Kesya Ramadhani (1,5 bulan ) itu mengatakan pohon kelapa yang tingginya mencapai 10 meter menjadi penyelamat bagi keluarganya. Karyawan perusahaan asuransi Prudential di Plaza Dua Mutiara Jakarta itu bertahan dipohon kelapa bersama Dede Sihmbudi tentangganya dan seorang ibu-ibu serta istri dan anaknya.”Saat saya bertahan dan selamat di sana, saya melihat tetangga saya sekeluarga terseret terbawa arus. Padahal mereka juga sama memanjat pohon kelapa,” katanya. Namun, pohon kelapa yang dipanjat Burhan bersama istri Roini serta tiga orang anaknya, yakni Indah Ferry dan Ricky tidak kuat menopang derasnya arus air. “Yang kami sesalkan, saat itu kami tidak bisa berbuat apa-apa. Pekikan suara meminta tolong masih saya rasakan,” katanya. Kini Agung serta warga yang menjadi korban longsor itu berharap pemerintah segera memberikan bantuan. Selain itu, mereka berharap pengurusan surat-surat dipermudah. “Bahkan kami berharap tidak ada lagi pemberian izin untuk perumahan-perumahan elit yang saya yakin karena itu kami bernasih seperti ini,” harapnya. (den)