TangerangNews.com

Pengelola Bandara Akui Keterbatasannya

| Kamis, 20 Mei 2010 | 18:43 | Dibaca : 62074


Bandara Internasional Soekarno-Hatta (tangerangnews / dens)



TANGERANGNEWS-Pengelola Bandara Internasional Soekarno-Hatta, PT Angkasa Pura II mengakui keterbatasannya dalam menerapkan peraturan yang mengakibatkan bandara itu terlihat semerawut.
 
Kepala Dinas Pengamanan Obyek Vital dan  Perimeter Bandara Soekarno-Hatta Roch Agus mengatakan,  pihaknya memang memiliki keterbatasan dalam menjalankan aturan yang ada. Misalnya, kata Agus, ketika pihaknya melakukan penindakan terhadap calo, porter liar dan pedagang asongan, sanksinya hanya didata.
 
Setelah dilakukan pemeriksaan dengan menyita barang bukti, petugas lalu melepaskannya lagi. "Kita hanya bisa menahannya kurang dari 24 jam. Itu semua karena payung hukumnya memang tidak ada," ujar Roch Agus, kemarin saat audiensi dengan wartawan.
 
Agus mengatakan, itu karena pihaknya hanya menjalankan pelaksaan apa yang diatur oleh regulator Bandara Internasional Soekarno-Hatta yakni Administrator Bandara. "Kita hanya melaksakan sesuai aturan saja, adapun pembuat kebijakan dalam pelanggaran aturan adalah pemerintah daerah, administrator dan pihak kepolisian bandara," tegasnya.  
 
Sementara itu, Kepala Admnistrator Bandara Edward Silooy sebagai regulator yang paling bertanggung jawab di bandara itu pun seulit dihubungi. Beberapa kali dihubungi, Edward selalu menyatakan dirinya sedang sibuk dan tengah menggelar rapat . “Maaf saya sedang rapat,” ujarnya.  Pantauan Seputar Indonesia, kesemerawutan Bandara Internasional Soekarno-Hatta tidak hanya diganggu oleh para pelanggar aturan yang menawarkan berbagai macam dagangan di setiap terminal. Tetapi lahan parkir yang tidak mencukupi menjadi pemicu masyarakat untuk memarkirkan kendaraannya disembarang tempat.
 
Belum lagi soal penjemput, misalnya di terminal 2 D dan E, yang tidak menunjukan suasana terminal Internasional kecuali sejumlah orang asing yang bersesakan menunggu bagasi mereka. Di Bandara ini keluar dari pintu pesawat, sejumlah penjemput sudah menunggu di depan lorong. Padahal area itu masih area internasional yang mestinya restricted dan steril dari unsur-unsur domestik seperti penjemput atau calo. Anehnya beberapa penjemput justru ‘dikawal’ oleh petugas beberapa instansi di bandara sendiri yang seharusnya bertanggung-jawab dengan keamanan dan kenyamanan bandara. Sampai dilobi terminal, di pojok-pojok gelap berkumpul sejumlah calo barang Korea . Beberapa di antaranya malah memakai safari atau pakaian dinas berlaku seolah menjemput atasannya. (dira)