TANGERANGNEWS.com-Berbagai macam alat transportasi dipilih masyarakat untuk melakukan perjalanan mudik menuju kampung halaman demi berkumpul bersama keluarga di hari raya Idul Fitri.
Akan tetapi, tidak sedikit juga masyarakat yang memilih berangkat mudik dengan tak biasa, salah satunya dengan menggunakan sepeda.
Seperti yang dilakukan dua karyawan Gajah Tunggal yang juga Komunitas B2W (Bike to Work) Tangerang, yakni Mbah Suro Prayino Swiss yang mudik dengan rute Tangerang-Pemalang dan Eko Goetheng dengan rute Tangerang-Magelang yang berjarak sejauh 600 kilometer (Km).
Ketua SPSI Gajah Tunggal Samsul Bahri mengatakan, Komunitas B2W merupakan komunitas pekerja yang setiap hari berangkat dan pulang kerja menggunakan sepeda.
“Sudah menjadi acara tahunan bahwa Komunitas B2W selalu menyelenggarakan acara Gowes Moedik bersama,” ujar Samsul yang turut melepas dua peserta Gowes Moedik bersama perwakilan pimpinan manajemen Mr Joe, Rabu (29/5/2019).
Namun waktu start pemberangkatan keduanya berbeda. Jika Goetheng mulai gowes hari ini, Mbah Suro akan mulai berangkat pada 31 Mei 2019 malam, karena harus menunggu sampai akhir shift 2 libur.
“Tahun ini tahun kedua bagi Eko, tahun sebelumnya lebih jauh rute Tangerang-Magelang-Surabaya. Sedangkan Mbah Suro ketiga kalinya rute Tangerang-Pemalang,” ungkap Samsul.
#GOOGLE_ADS#
Jalur pantura menjadi jalur favorit goweser karena medan yang lurus dan rata-rata kondisi jalan yang mulus. Rata-rata per hari, mereka akan menempuh jarak Sekitar 150 km. Jadi untuk sampai di Magelang yang jaraknya 600 Km dibutuhkan waktu kurang lebih 4 hari.
Mereka yang mudik dengan menggowes sepeda punya trik khusus agar ibadah berpuasa tidak terganggu selama menempuh perjalanan mudik.
“Gowes pada malam hari (Night Ride). Biasanya dimulai saat panas pantura telah mulai pudar, yaitu setelah Salat Ashar. Sambil gowes santai sambil cari dan pilih-pilih kuliner untuk persiapan buka puasa. Setelah buka puasa, Salat Maghrib lalu gowes lagi sampai Isya dan Tarawih lanjut gowes lagi full sampai sahur,” tutur Eko.
Menjelang siang hari, goweser baru akan mencari tempat beristirahat karena jam-jam tersebut sinar matahari sudah mulai menyengat.
“Malam gowes bebas makan minum dan siang untuk tidur sehingga rasa lapar karena puasa tidak terasa karena tidurnya pasti pules karena semaleman gowes,” kata Mbah Suro berbagi pengalamannya.
Biasanya saat mudik Lebaran selalu ada posko-posko yang didirikan secara sukarela oleh para relawan-relawan pesepeda di setiap kota yang fungsinya sebagai tempat istirahat, tempat informasi maupun perbaikan sepeda, termasuk bila memerlukan evakuasi dalam kondisi darurat.
Gowser yang start dari Jabodetabek biasanya akan beristirahat pertama di Karawang atau Cikampek. Selanjutnya titik istirahat berikutnya di Kota Cirebon, kemudian di Pekalongan.(RAZ/HRU)