TangerangNews.com

Warga Batan Indah Tidak Terpengaruh Temuan Radioaktif 

Rachman Deniansyah | Senin, 17 Februari 2020 | 17:08 | Dibaca : 410


Agung Wahyu Kencono, mantan pekerja BATAN yang tinggal di sekitar lokasi penemuan paparan radiasi, Perumahan Batan Indah, Setu, Tangsel. (@TangerangNews / Rachman Deniansyah)


TANGERANGNEWS.com-Penemuan paparan radiasi nuklir di Perumahan Batan Indah, Setu, Tangerang Selatan, tak membuat warga setempat merasa khawatir. 

Sebab, paparan radiasi dari serpihan radioaktif Caesium-137 yang terdeteksi di lingkungan itu dinilai tak berbahaya. 

Seorang warga setempat yang juga pernah bekerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Agung Wahyu Kencono menyebut bahwa radiasi itu tak sebesar seperti yang diberitakan. 

Terlebih, saat ini titik pancaran radiasi itu juga telah di tangani oleh Batan dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).  Selain itu, radius peringatan yang ditetapkan pun tak sampai lebih dari 10 meter. 

"Sebenarnya biasa saja, yang terekspos seolah daerah kami ini berbahaya. Ada garis kuning dari Bapeten itu sudah biasa. Kalau dari intensitas pancaran ini bukan dari reaktor sana. Karena terlalu kecil untuk meradiasi lebih dari 10 meter kan," kata Agung di lokasi, Senin (17/2/2020).

#GOOGLE_ADS#

Agung yang pernah menjabat sebagai kepala Balai Teknologi Fisika di Pusat Teknologi Saint Materi di Batan sejak tahun 1986 hingga 2000 itu mengetahui betul besaran paparan radiasi limbah radioaktif Caesium-137 yang saat ini ditemukan di lingkungannya. 

Menurutnya, radiasi itu justru lebih rendah dibanding saat dirinya bekerja di tengah reaktor yang ada di kawasan Pusat Penelitian dan Pengetahuan Teknologi (Puspiptek) kala itu.

Hal itu, kata dia, bisa dibuktikan dengan kondisi vegetasi dan makhluk hidup lain yang ada di sekitar titik paparan.

"Bisa dilihat sendiri tanaman di situ tidak ada yang rusak, tapi subur semua. Sederhananya itu aja. Padahal kami (saat bekerja) semacam di bawah bahaya, karena kami tahu kalau di dalam paparan lebih besar," paparnya.

Agung justru merasa heran dengan respon masyarakat yang seakan berlebihan.

Padahal, lanjut Agung, warga beraktivitas seperti biasa. Sebab dengan jarak 25 meter saja, itu cukup aman. 

"Kita terusik karena banyak ekspos seolah-olah ini seperti besar sekali. Akhirnya kita dibanjiri sama teman dan saudara yang menanyakan keadaan kami. Ini jadi lebih tidak nyaman dari sebelumnya," pungkasnya. (RAZ/RAC)