TangerangNews.com

"Sampai Tangerang Merindu"

Redaksi | Jumat, 27 Maret 2020 | 08:38 | Dibaca : 969


Budi Sabarudin. (Istimewa / Istimewa)


Novel Asik Racikan Novelis Tangerang

 

Oleh: Budi Sabarudin/Budi Euy

                                         

1. Tiga Tahun

 

Kira-kira tiga atau empat tahun lalu, saya kenal Salmah Nurhaliza. Namun itu pun hanya melalui nomor handphone-nya saja. Saya tahu nomor handphone dia dari teman saya yang juga teman dekatnya Salmah.

 

Namun selama itu pula saya tidak pernah bertemu langsung dengan Salmah. Komunikasi saya dengan dia sangat terbatas hanya melalui  WhatsApp (WA). Itu pun langka sekali. Sampai saat ini, saya tidak tahu sosok Salmah.    

 

Suatu kali, Salmah WA saya. Katanya, novelnya mau diterbitkan. Saya diminta bikin semacam testimoni. Tentu saja saya senang sekali. Sebab dengan menuliskan testimoni, artinya saya sudah menanam kebaikan.

 

Menanam kebaikan pada siapa pun sudah menjadi prinsip hidup saya. Karena itu, jika ada kesempatan untuk berbuat baik, saya akan selalu berusaha mengupayakannya. Saya punya jargon AKTIF dan POSITIF.

 

Salmah kemudian mengirimkan novelnya melalui email. Di tengah-tengah aktifitas saya sebagai seorang wartawan dan mendongeng keliling serta membuat cerita pendek, saya kemudian membacanya dengan khusyuk.

#GOOGLE_ADS# 

 

2. Novel Asyik

 

“Sampai Tangerang Merindu” adalah sebuah novel menarik, keren, indah  dan asyik. Membaca novel ini tidak ada kata membosankan apalagi menjenuhkan. Imajinasi pembaca seperti diajak jalan-jalan naik sampan untuk menyusurui sungai cerita ini dari hulu hingga ke hilir. 

 

Penulis novel ini, Salmah Nurhaliza, memang piawai betul dalam mengkonstruk  cerita dengan lika-liku dan warna-warninya, konflik yang penuh greget dan tajam, alur yang mengejutkan, sikap dan cara berpikir tokoh-tokohnya yang kuat serta dialog-dialog tokohnya yang hidup.

 

Novel ini mengangkat persoalan percintaan di kalangan kaum muda terpelajar. Namun dalam perjalanannya tema ini menjadi tidak sederhana. Tokoh utama, kedua dan ketiga dalam novel ini saling bersahabat. Namun terlibat asmara segitiga, sehingga satu sama lain berbenturan dan akhirnya cinta diantara mereka menjadi rumit dan melelahkan.

 

Sebetulnya, tema ini klasik sekali karena sudah seringkali ditulis pengarang-pengarang hebat tingkat dunia sejak berabad-abad lampau, namun Salmah mampu mengaduk-aduk emosi pembaca, bisa membuat bendungan air mata pembaca jebol dan pembaca pun mendapat pencerahan.

 

Cinta dalam diri manusia memang tidak mungkin bisa dikubur sampai kapan pun, karena melibatkan jiwa-jiwa yang sangat hakiki. Namun kisah ini ditulis Salmah dengan bungkusan religiusitas, sehingga cinta menjadi terhormat karena tokoh-tokohnya tidak terjebak dalam cinta murahan, akan tetapi memiliki kesadaran keimanan yang kuat dan kokoh.

 

 

3. Unsur Dakwah dan Identitas Tangerang

 

Kemasan cerita model begini pada akhirnya tidak bisa dilepaskan dari tarik-menarik dengan unsur dakwah. Salmah memang memiliki kesadaran untuk berdakwah melalui novelnya ini, karena Salmah juga sosok religius. Namun dakwah dalam kontek novel ini tidak terkesan menggurui pembaca.

 

Dalam novel ini pun, Salmah memiliki keinginan kuat untuk mengangkat identititas Tangerang Raya dengan berbagai peristiwanya yang menarik seperti tawuran pelajaran. Namun para pelajarnya mendapat pencerahan setelah temannya tewas secara sia-sia.

 

Mengangkat identitas Tangerang, baik itu yang menyangkut prestasi yang hebat dan pariwisata yang unik maupun kulinernya yang khas, adalah sebagai bentuk kecintaan Salmah pada kotanya, daerahnya atau tempat tinggalnya saat ini. Hal itu bisa dilihat langsung dari teks judulnya “Sampai Tangerang Merindu”.

 

Ada banyak penanda identitas itu dalam novel ini.  Misalnya nama-nama jalan dan lokasi atau tempat dalam penceritaan tersebut seperti Sungai Cisadane, Tugu Adipura, Kantor Kecamatan Cipondoh, Perumahan Banjar Wijaya dan Pinang Griya Permai, Talaga Biru Cisoka, kuliner laksa Tangerang, kue jojorog dan lain-lain.   

 

Selain itu, dalam novel ini, Salmah menyertakan data-data yang cukup menarik seperti prestasi adipura yang diraih Pemkot Tangerang serta data-data di kawasan wisata di Cikupa. Data-data itu ditulis lengkap sehingga menjadi tambahan pengetahuan untuk para pembaca.

 

 

4. Bacaan Wajib Warga Tangerang

 

Jadi? Ya, novel “Sampai Tangerang Merindu”, sangat penting dan wajib dibaca warga Tangerang Raya (Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Tangerang Selatan), temasuk juga warga Provinsi Banten.

 

Sebab dalam novel yang dikemas dengan bahasa yang komunikatif dan berjumlah 246 halanan ini, seluruhnya menceritakan tentang peristiwa, nama tempat dan budaya Tangerang Raya serta sejumlah daerah di Provinsi Banten.

 

Namun demikian bagi pembaca di luar Provinsi Banten, novel ini tetap menarik. Membaca novel ini dijamin tidak akan mau berhenti. Sebab pembaca akan diajak pada penceritaan yang sangat mengasyikaan. (*)

 

 

Budi Sabarudin, seorang jurnalis, pendongeng keliling nusantara dan cerpenis