TangerangNews.com

Kisah Pria Mudik Jalan Kaki Jakarta-Solo, Cuma Pegang Rp300 Ribu

Rangga Agung Zuliansyah | Selasa, 19 Mei 2020 | 15:49 | Dibaca : 1311


Maulana Arif Budi Satrio. (@TangerangNews2020 / Istimewa)


TANGERANGNEWS.com-Perjuangan Maulana Arif Budi Satrio untuk bisa pulang ke kampung halamannya sungguh luar biasa. Demi bertemu keluarga di Solo, dia nekat berjalan kaki ratusan kilometer dari Jakarta.

Aksi nekat pria asal Sudiroprajan, Jebres, Solo itu dilakukan karena kena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan travel tempat dia bekerja. Uang untuk bertahan hidup di Jakarta pun kian menitip. Sementara upayanya mudik menggunakan kendaraan selalu gagal karena terjaring operasi PSBB.

Dilansir dari Liputan6, Rio sapaan akrabnya, sebelumnya memesan bus untuk pulang kampung dengan membayar Rp500 ribu. Namun, tidak jadi berangkat karena yang datang ternyata minibus.

Akhirnya Rio yang berprofresi sebagai sopir bus ini berangkat dari kontrakannya di Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur dengan meminjam mobil teman.

"Sempat berangkat, tapi pas sampai di Cikarang, saya diminta balik oleh petugas ke kota asal," katanya, Selasa (19/5/2020).

Rio pun kemudian memutuskan nekat berjalan kaki, pada 11 Mei 2020. Dia hanya membawa dia tas punggung dan tas selempang. Dengan mengenakan celana pendek, kaus, penutup wajah dan sandal jepit, Rio berjalan kaki selama 12-14 jam setiap harinya atau sekitar 100 kilometer. Perjalanan itu pun  membuat kulitnya terbakar sinar matahari.

“Jalan mulai subuh sampai menjelang dini hari. Selama perjalanan, saya istirahat di SPBU dan warung-warung tempat pemberhentian truk,” jelasnya.

#GOOGLE_ADS#

Ria sempat berjalan selama empat hari, hingga pada Kamis (14/5/2020), bertemu rekannya sesama sopir yang tergabung dalam wadah Pengemudi Pariwisata Indonesia (Peparindo) di Kecamatan Gringsing, Batang.

Beruntung, rio mendapat bantuan dari komunitas tersebut dengan diantarkan ke Semarang. Sesampainya di Sekretariat Peparindo Jawa Tengah, rekannnya memutuskan untuk membantunya pulang kampung. Rio tidak diperbolehkan lagi berjalan jalan kaki.

Perjalannya terhenti ketika sampai di Kota Bengawan, pada Jumat (15/5/2020). Pria 38 tahun itu dipaksa tinggal sementara di Grha Wisata Niaga Solo untuk menjalani karantina selama 14 hari, sesuai protokol kesehatan yang ditetapkan Pemerintah Kota Solo.

Awalnya Rio merasa takut dikarantina. Tapi ketakutannya sirna setelah tahu karantina itu tidak seperti apa yang dibayangkan. “Ternyata malah di sini nyaman dan penuh kekeluargaan. Kami di sini benar-benar dihargai, makan enak, dan ada hiburan," ungkap Rio.

Rio mengaku alasannya pulang kampung karena sudah dirumahkan lantaran perusahaan travel tepatnya bekerja terkena dampak pandemi COVID-19 sejak Maret lalu. Tak hanya itu, dia pun belum mendapatkan gaji, apalagi tunjangan hari raya, sehingga tidak bisa bertahan lebih lama di Jakarta.

"Saya pulang karena uang di genggaman tinggal Rp300 ribuan. Kontrakan sudah saya serahkan kepada teman saya yang diusir. Dia lebih kasihan karena punya anak kecil. Saya minta dia tinggal di sana sampai kontrakan saya selesai akhir Juni," ucapnya. (RAZ/RAC)