TangerangNews.com

Inspiratif : Durahman, Kuli Cetak Batu Bata yang Jadi Camat di Tangsel

Mohamad Romli | Minggu, 19 Juli 2020 | 09:45 | Dibaca : 7134


Durahman sedang duduk di beranda rumah disore yang sejuk. (@TangerangNews / Mohammad Romli)


TANGERANGNEWS.com-Tekad dan kesungguhan, kerja keras serta ikhlas, pantang menyerah dan optimis, yakin setiap usaha akan berbuah hasil meski tak sedikit rintangan, menjadi cermin atas keberhasilan Durahman, 59 tahun, meniti hidup.

Pameo tiada yang mudah namun tak ada yang tak mungkin, telah dibuktikan pria kelahiran Tangerang ini. Ia mengawali karirnya dari seorang kuli cetak batubata hingga menjadi seorang Camat di Kota Tangerang Selatan.

Di sore yang sejuk, Sabtu (12/7/2020), Durahman yang kini menikmati masa pensiun di kampung halamannya, Pondok Gede, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang, berbagi kisah hidupnya kepada TangerangNews.

Lahir dari pasangan Kasinan dan Saripah ini lahir dari keluarga sederhana. Namun, orang tuanya mewariskan sesuatu yang berharga, yaitu keteladanan. Dengan mencari nafkah dari mencetak batu bata, Kasinan membiaya anak-anaknya, dan Durahman hingga mampu mengenyam pendidikan. 

Durahman kecil bahkan tak pernah membayangkan jika dirinya bisa melalui masa-masa sulit di usia belia. Namun, ia memiliki tekad baja, bahwa anak-anaknya kelak, tidak boleh serupa nasibnya dengan dirinya.

"Saya selalu berpikir, jangan sampai anak-anak saya merasakan gimana susahnya saya saat itu. Mereka harus mendapatkan kehidupan yang lebih layak, tidak seperti saya," ungkapnya.

Visi pada masa depan, kemudian menuntun suami dari Juarsih ini tidak begitu saja menyerah kala orang tuanya tidak bisa membiayai kelanjutan pendidikannya setelah menamatkan sekolah di jenjang SMP tahun 1976-an. 

"Bapak saya anaknya delapan dan kurang mampu dari segi ekonomi. Saya selalu berfikir. Kalau saya bodoh, miskin pula, bagaimana nanti penilaian orang terhadap saya. Sehingga, bagaimana pun caranya harus sekolah," tegasnya.

Rupanya, tekad bulat pada diri Durahman remaja itu, kemudian menghantarkan keberaniannya mendaftar di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Tangerang yang kala itu, sekitar tahun 1976-an, terletak di daerah sekitar pintu air, Kota Tangerang.

"Tapi saya enggak punya uang. Selama masa libur sekolah setelah lulus SMP, saya jadi kuli cetak batu bata. Uang hasil jadi kuli itulah yang saya gunakan untuk mendaftar sekolah di SPG," kenangnya.

Durahman semasa menjadi camat di Tangsel.

#GOOGLE_ADS#

Namun, tak semudah membalikkan telapak tangan. Saat ia mendaftar, rupanya itu hari terakhir masa pendaftaran. Bahkan, ia yang harus menempuh jarak puluhan kilometer untuk sampai ke kampus SPG Tangerang tersebut, sempat ditolak oleh panitia pendaftaran.

"Begitu daftar, saya ditolak," kenangnya dengan wajah tanpa ekspresi sedih. 

Rupanya, Durahman memang seorang yang memiliki jiwa petarung mengarungi bahtera kehidupan. Jiwa yang tak kenal lelah dan pantang menyerah. Meski nyata-nyata panitia telah menolaknya, ia tak bergeming dari depan pintu ruang pendaftaran sekolah tersebut.

"Waktu itu saya bilang ke panitianya, tolonglah saya diterima, Pak. Besoknya (dua hari kemudian, Senin) jadwal tes masuk. Waktu itu hari Sabtu. Karena mungkin dia kasihan, dibukalah pintu, didaftarkan saya," katanya.

Kala itu, kuota penerimaan siswa baru hanya 400 orang untuk 10 kelas. Sementara pendaftar tak kurang dari seribu orang. Durahman pun, dengan penuh percaya diri, mengikuti tes masuk SPG.

"Karena saya juara umum selama di SMP, sehingga mengisi tes terasa mudah. Akhirnya saya diterima," ucapnya.

Selama 3,5 tahun, ia menempuh pendidikan di SPG. Hanya berbekal kecerdasan, Durahman mengadu nasib di kampung orang. Masa-masa awal sekolah, Durahman tinggal di mes siswa, yang saat ini di sekitar Jalan Printis Kemerdekaan, Cikokol, Kota Tangerang. Jarak antara mes dan kampus cukup jauh, ia tempuh dengan berjalan kaki.

Pada paruh sekitar tahun kedua, nasib baik kembali berpihak kepadanya. Seorang temannya yang berasal dari keluarga mampu, mengajaknya untuk tinggal di rumahnya. Orang tua temannya itu meminta Durahman menjadi mendampingi proses belajar bagi adik temannya saat di rumah.

Durahman sedang duduk di halaman rumah di sore yang sejuk.

Durahman muda pun sangat senang dengan tawaran itu, serta merta ia menyanggupinya.

Di rumah yang letaknya tak jauh dari kampus SPG itu, kebutuhan dasarnya terpenuhi. Ia hanya tinggal memfokuskan diri pada sekolahnya, selain menjadi mentor bagi adik temannya.

"Habis magrib saya biasa mendampingi adik teman saya belajar. Baru sekitar jam satu malam, saya bisa belajar. Tapi itu memang waktu yang tepat untuk belajar. Terus begitu sampai saya lulus SPG," terangnya.

Tahun 1980-an, Durahman berhasil lulus dari SPG dengan hasil memuaskan. Kini, medan perjalanan hidupnya adalah pengabdian di dunia pendidikan.

Karirnya sebagai guru dimulai dengan status honorer. Namun, setahun kemudian, ia menjadi salah satu pelopor berdirinya SMP PGRI Kaliasin, Kresek.

"Tahun 1983 saya kuliah lagi, D1 jurusan matematika di Cikupa, kelas jauh IKIP Rawamangun. Kemudian, setelah lulus, setahun saya mengumpulkan biaya, lalu lanjut mengambil jurusan fakultas pendidikan jenjang Sarjana Muda di UNIS Tangerang, lulus tahun 1987. Menunda lagi setahun, lalu lanjut lagi S1 di UNIS dan lulus tahun," terangnya.

Durahman yang saat itu telah menjadi seorang sarjana makin aktif berkiprah. Ia pun kemudian menjadi pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Balaraja.

Kiprah sebagai pengurus organisasi guru, membuat Durahman menyadari betul kebutuhan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) guru di wilayah Balaraja dan sekitarnya. Terlebih, muncul desakan dari anggota kehadiran kampus di sekitar Balaraja.

"Dapat tuntutan dari guru di Balaraja harus ada kampus. Kemudian buka STKIP PGRI yang sekarang berubah nama menjadi UNINDRA. Kampusnya di SMAN Balaraja," katanya.

Saat mengelola kelas jarak jauh itu, Durahman yang juga turut menjadi dosen menyadari betul kebutuhannya untuk meningkatkan jenjang pendidikannya. Ia pun kemudian melanjutkan kuliah level strata dua (S2) di Universitas Muhamadiyah Jakarta dengan kosentrasi penelitan dan evaluasi pendidikan.

Totalitas pengabdian pada dunia pendidikan dibuktikan ayah dari Roni Prawira Sumantri (pegawai di Pemkot Tangsel), Reni Endah Pratiwi (guru),  Elsa Ambarwati Lestari (dokter) dan Syella Najwa Erlanda hingga saat ini. Durahman saat ini adalah Ketua Komite Sekolah SMAN 30 Tangerang, juga Kepala Sekolah SMK Gapura Pertiwi.

"Supaya tidak jenuh, dari kecil sudah capek. Waktu jadi guru juga ngajar sampe di empat sekolah, karena kuliah, butuh duit. Hari Minggu juga mengajar di Aliah, Kresek," ucapnya.

Durahman juga salah satu sosok dibalik lahirnya beberapa sarana pendidikan di daerah Balaraja dan sekitarnya, seperti SMK Korpri Balaraja 2 (1998), SMK PGRI Sukamulya (2020), Universitas Terbuka, kelas jauh Pondok Cabe di Tigaraksa (2005), jurusan pendidikan dasar (calon guru SD, PGSD), dan Universitas Terbuka, kelas jarak jauh Pondok Cabe (2019) kelas non pendidikan dasar (Fakultas Ekonomi, Hukum, FISIP, Pendidikan Keguruan untuk SMA).

Setelah malang melintang di dunia pendidikan, Durahman merasa tertantang untuk masuk ke jajaran struktural. "Tahun 2009 Tangsel dimekarkan. Saya melamar pindah ke Tangsel. Seminggu saya dapat jawaban (diterima)," katanya.

Karirnya di birokrasi pemerintahan Kota Tangsel dimulai dari menjadi Kepala Bidang Sospol Badan Kesbangpol Linmas (selama 7 bulan) Kemudian ia mengukut PIM 3 dan lulus. Lalu dipromosikan jadi Sekretarus Badan Kesbangpol Linmas. "Tidak lama, saya ditarik ke Pemkot sebagai Kabag Kesra, tahun 2010," katanya.

Dua tahun di Kesra, Durahman dimutasi menjadi Sekretaris Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. Jabatan itu diampunya selama tujuh bulan pada tahun 2011.

Masih di tahun yang sama, ia dimutasi menjadi Camat Setu. Jabatan itu hanya diampunya selama sebulan.

"Tugas saya waktu itu menyelesaikan persoalan soal jabatan pelaksana tugas sementara kepala desa Bakti Jaya. Dan, Alhamdulilah berhasil," ujarnya.

Lalu, ia dimutasi menjadi Camat Serpong, di sini ia menjabat selama empat tahun. Kemudian dimutasi menjadi Camat Ciputat Timur selama tiga tahun dari tahun 2015 hingga memasuki masa pensiun tahun 2018.

Durahman yang berhasil meniti karir dari kuli cetak batubata hingga menjadi camat tersebut memiliki lima prinsip hidup yang ia tanamkan kepada dirinya sejak belia."Prinsip saya ada lima, kerja keras kerja cerdas, kerja jelas, kerja tuntas dan kerja ikhlas," tutupnya. (RMI/RAC)