TANGERANGNEWS.com—Marlina Puspita Sari, warga Kota Tangerang divonis menderita AIDS sejak 2009, tetapi tidak membuatnya berkecil hati.
Perempuan ini terus berupaya tegar dan bangkit dari keterpurukan yang akhirnya kini dirinya menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama.
Keterpurukan saat itu ditambah ketika ditinggal suami yang mengalami hal serupa pada 2012 silam.
Tidak ingin terus tenggelam dalam kesedihan perlahan Lina sapaan akrabnya mulai aktif di komunitas dan yayasan yang berkecimpung dalam penangangan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
“Saat ini aku aktif di yayasan Kotex Mandiri dan sebagai pendamping bagi pasien baru. Biasanya aku bertugas di rumah sakit umum daerah Kabupaten Tangerang," ujar perempuan yang telah memiliki tiga anak ini, Rabu (2/12/2020).
Dalam kesehariannya perempuan yang telah berusia 41 tahun ini membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Biasanya setelah melakukan pendampingan hingga sore hari dirinya pulang untuk berkumpul dengan tiga buah hatinya yang beranjak remaja.
“Ya kalau lagi kumpul biasanya kami bisa main tik tok bareng,” katanya tertawa.
Meski harus mengkonsumsi obat-obatan setiap harinya, Lina tetap tampil energik ketika melakukan pendampingan kepada pasien baru atau lama.
Cerita menjadi seorang pendamping ia kisahkan dimana dirinya harus betul-betul bisa memberikan penjelasan yang baik. Sehingga pasien baru tidak panik belebihan dalam mengkonsumsi obat.
#GOOGLE_ADS#
Selain itu, sambung Lina, tak jarang ia mendapati pasien yang sulit untuk berdisiplin dalam menjalakan pengobatan sehingga kondisinya semakin memburuk.
Bahkan, ia merasa sedih ketika pasien barunya adalah seorang remaja yang dinilainya masih memiliki perjalanan panjang.
“Ada dulu aku pernah mendampingi seorang perempuan. Belum lama ini aku mendampingi seorang remaja yang ternyata dia adalah anaknya dari perempuan itu, rasanya gimana gitu,” ucapnya.
Perempuan yang memiliki hoby berolahraga sepeda ini berharap kedepan perannya sebagai tenaga pendamping bisa diperhatikan oleh pemerintah.
Selain itu hak-haknya dalam mengakses kesehatan juga menjadi perhatian khusus sehingga tidak ada stigma negatif yang muncul.
“Saat ini kami hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama,” pungkasnya. (RED/RAC)