TangerangNews.com
Airin : Ada Kontradiksi Ekonomi di Tangsel
| Minggu, 5 September 2010 | 13:48 | Dibaca : 95987
Abdul Rojak dan Airin Rachmi Diany (tangerangnews / dira)
TANGERANGNEWS- Di tengah pertumbuhan perumahan di Kota Tangsel, seperti Bumi Serpong Damai (BSD), Citra Raya, Bintaro Jaya dan Alam Sutera kawasan kemiskinan masih tersebar luas. Bahkan di Kecamatan Serpong yang banyak menyediakan kompleks perumahan mewah masih ada beberapa kawasan kemiskinan seperti di Kelurahan Ciater, Rawabuntu dan Serpong.
Demikian diungkapkan Pembina Forum Masyarakat Peduli Pendidikan dan Kesehatan Banten Airin Rachmi Diany dalam sebuah kesempatan wawancara beberapa waktu lalu di kantornya, Sabtu, (4/9).
Menurut Airin, Pertumbuhan ekonomi Tangsel saat ini mencapai level tertinggi yakni 7,24%, di atas rata-rata LPE Provinsi dan Nasional. “Jadi ada kontradiksi, di satu sisi tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, tapi di sisi lain kemiskinan masih menjadi momok yang terus menghantui perjuangan kita,” tuturnya.
Airin menambahkan, fakta ini menunjukkan betapa kesenjangan ekonomi antara kelas menengah atas dan kelas bawah masih lebar. Hal ini dapat disimpulkan dari pendapatan per kapita penduduk yang hanya sebesar Rp. 8.459.08, masih dibawah rata-rata Provinsi (Rp. 12.756,90).
Untuk menangani masalah pelik ini, lanjut dia, Kota Tangsel harus dapat mendorong perluasan lapangan kerja dan peluang usaha. Dalam hal ini, tiga komponen harus terus bersinergi yakni antara, Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, Pihak swasta sebagai penyedia usaha, dan masyarakat sebagai sumber daya.
“Konsep saya menata Tangsel adalah membangun bersama seluruh pemangku kepentingan. Pembangunan Tangsel harus dikelola dan ditata dengan baik dengan harapan dan keinginan warga sesuai potensi yang ada,” katanya.
Airin memaparkan, dari keseluruhan penduduk Kota Tangsel, sebagian besar pekerja adalah penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) dengan latar belakang pendidikan SLTA ke bawah. Kelompok usia tidak produktif banyak terdapat di Kecamatan Pondok Aren dan Pamulang. Dilihat dari tingkat pendidikan penduduk usia produktif, SDM Kota Tangsel belum memiliki nilai tambah bagi daerah otonom. Hal ini ditunjukkan pula oleh adanya angka pengangguran yang masih relatif tinggi, yaitu sebesar 11,43% dari total usia produktif.
Di bidang pendidikan, lanjut Airin, Kota Tangsel memiliki begitu banyak SMP dan SMA serta perguruan tinggi swasta yang memiliki nama, namun tidak bisa dijangkau oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. “Karena itu, perlu diupayakan pendidikan yang terjangkau, dan juga anggaran pendidikan 20 persen dari total jumlah APBD harus benar-benar diwujudkan,” jelasnya.(deddy)