TangerangNews.com

ICU di Kota Tangerang Penuh, Kematian Pasien COVID-19 Meningkat

Achmad Irfan Fauzi | Minggu, 31 Januari 2021 | 16:50 | Dibaca : 10231


Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Liza Puspadewi saat ditemui di RSUD Kota Tangerang. (TangerangNews / Achmad Irfan Fauzi)


TANGERANGNEWS.com—Sepanjang Januari 2021 penambahan pasien positif COVID-19 di Kota Tangerang mencapai 1.736 pasien.

Setidaknya sekitar 50 lebih pasien positif virus ini bertambah setiap harinya. Hal itu, membuat ruang Intensive Care Unit (ICU) rumah sakit yang ada di Kota Tangerang penuh.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Liza Puspadewi mengatakan, dari 78 ruang ICU yang ada di Kota Tangerang 71 ICU diantaranya telah terisi.

Hal itu seiring terus meningkatnya pasien COVID-19 di kota bermotto akhlakul karimah itu.  “Dari 78 ICU, 71 sudah terisi,” ujarnya, Minggu (31/1/2021). 

Penuhnya ruang ICU juga menjadi salah satu penyebab angka kematian pasien COVID-19 signifikan.

Terlebih, banyak warga yang baru melaporkan diri atau berobat ketika sudah dalam kondisi bergejala parah atau berat. 

Angka kematian pasien COVID-19 menembus angka tertinggi. Pada akhir Desember 2020 angka kematian pasien covid-19 baru mencapai 97 pasien.

Namun, selama Januari 2021 pasien meninggal telah mencapai 121 orang atau bertambah 24 orang selama satu bulan. 

#GOOGLE_ADS#

“Kita menemukannya sudah dalam (kondisi) berat. Seperti yang kita ketahui, kalau sudah berat, yang diperlukan isolasi ICU,” terangnya. 

Sedangkan untuk total tempat tidur pasien COVID-19 di Rumah Sakit terdapat sekitr 1.455 tempat tidur.

Keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit di Kota Tangerang telah mencapai 83 persen. Padahal, WHO menetapkan batas BOR rumah sakit maksimal 60 persen. 

“BOR Kota Tangerang 83 persen. Keterisian selalu berubah setiap menit. Selalu berganti,” jelasnya. 

Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengakui adanya lonjakan angka kematian. Menurutnya, hal itu sebabkan adanya penanganan yang terlambat. Sebab, warga baru melaporkan terpapar COVID-19 saat telah mengalami kondisi kritis. 

“Ada keluarga yang sudah merasa demam, sesak dan sebagainya didorong (ke RS) enggak mau akhirnya semakin sesak baru, dibawa rumah sakit dua hari, enggak tertolong,” tuturnya. 

Arief menilai, angka kematian bukan disebabkan sedikitnya jumlah ICU. Sebab, masih terdapat space 7 ruang ICU atau 10 persen yang belum terpakai.

Menurutnya, angka kematian yang tinggi disebabkan karena minimnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri. 

“Jadi artinya masih bisa difasilitasi. Cuma ini kesadaran masyakat bagaimana memeriksakan dirinya. Maka di Kota Tangerang sudah dilaporkan bahwa seluruh Puskesmas harus dilakukan tracing,” pungkasnya. (RAZ/RAC)