TangerangNews.com

Apakah Kemanusiaan Hidup di Tengah Pandemi?

Redaksi | Rabu, 17 Februari 2021 | 19:54 | Dibaca : 1200


Sylvana Deviola Bressya Siswi SMA Citra. (Istimewa / Istimewa)


 

TANGERANGNEWS.com-Tampaknya, COVID-19 sudah "nyaman" tinggal di Indonesia. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan bertambahnya kasus positif COVID-19 setiap harinya tanpa jeda.


Dilansir dari detik.com, sejak Presiden Joko Widodo mengkonfirmasi kasus positif pertama pada 2 Maret 2020 hingga 14 Februari 2021, tercatat sebanyak 1.217.468 kasus positif COVID-19. Hal ini tentu saja menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat. Mengapa kasus terus bertambah setiap harinya? Apa saja perubahan yang dirasakan masyarakat setelah masuknya COVID-19 ke Indonesia? Sebelum terjadinya pandemi COVID-19, masyarakat dengan bebas melakukan aktivitas. Masyarakat tidak perlu menggunakan masker saat bepergian.

 

Dengan masuk dan berkembangnya COVID-19 di Indonesia, masyarakat jadi lebih waspada akan kesehatan diri sendiri maupun lingkungan. Masyarakat lebih berhati-hati dalam segala aktivitas hingga menggunakan masker di setiap waktu.


Dilansir dari survei COVID-19 BPS, sebanyak 82,52% orang selalu menghindari transportasi umum. Padahal, sebanyak 65,60% dari responden survei covid-19 bekerja pada sektor transportasi dan pergudangan. Ini artinya para pekerja, terutama sektor transportasi mengalami penurunan pendapatan dan sementara harus dirumahkan akibat terdampak COVID-19. Salah satu pekerja dalam sektor transportasi adalah ojek online.


#GOOGLE_ADS#


Ojek online merupakan salah satu dari sekian sektor transportasi yang terkena dampak dari COVID-19. Pandemi ini berdampak buruk pada pekerja mandiri yang bergantung pada sistem kerja berdasarkan permintaan. Salah satu contohnya adalah Gojek.


Gojek merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek. Dengan kondisi saat ini, Gojek memberlakukan sistem baru untuk menyesuaikan serta menjaga penumpang untuk memutuskan rantai penularan COVID-19. Kevin Aluwi selaku Co-CEO Gojek menjelaskan, Gojek berupaya membuat masyarakat menjalani kehidupan senormal mungkin di tengah tantangan COVID-19.  “Termasuk para mitra di ekosistem kami" dalam siaran pers, Kamis (19/3/2020).

 

Berdasarkan survei melalui aplikasi Gojek, selama periode Maret-April 2020, mitra mendapat bantuan sosial dari berbagai pihak. Sebanyak 89% dari program sosial Gojek, 36% dari pemerintah, 26% dari konsumen, 6% dari lembaga keagamaan, dan 5% sesama mitra. Tentunya bantuan ini sangat bermanfaat dan tepat sasaran bagi para mitra di tengah pandemi.  Sebanyak 74% mitra merasa bantuan sosial dari Gojek bermanfaat bagi mitra dan keluarga. Hal ini juga membantu 63% mitra yang hampir tidak memiliki penghasilan akibat terdampak covid-19, masih dapat memenuhi kebutuhan keluarga.


Selain menerima bantuan pendapatan, sebanyak 41% mitra juga merasa mendapat perhatian, apresiasi, dan juga perlakuan lebih baik dari customer selama masa pandemi. Artinya di tengah pandemi ini, masyarakat sadar bahwa bantuan sekecil apa pun yang kita berikan akan sangat membantu sesama.


Sangatlah sulit untuk bertahan di tengah pandemi ini, terutama para pekerja mandiri yang bergantung pada sistem kerja berdasarkan permintaan. Masyarakat akan lebih memilih melakukan hal secara mandiri karena situasi yang memaksa kita untuk tetap menjaga jarak satu sama lain. Namun dengan kesulitan yang dihadapi, masih banyak orang yang inisiatif membantu satu sama lain agar berhasil melewati semuanya bersama. Apapun masalah atau kesulitan yang terjadi, jika saling bangun membangun akan ada jalan keluar untuk melewatinya.

Sylvana Deviola Bressya Siswi SMA Citra.

Oleh : Sylvana Deviola Bressya Siswi  SMA Citra Berkat