TANGERANGNEWS.com-Tak ada satupun makhluk yang dapat menerka datangnya musibah. Seperti halnya yang dialami oleh Sohati, wanita paruh baya yang kini harus kehilangan tempat tinggalnya akibat kebakaran di Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Kamis, 16 September 2021.
Siapa sangka, musibah itu justru tiba kala Sohati baru saja mengangkat tubuh dari sujudnya, pada rakaat kedua di tengah menunaikan salat Zuhur.
Ketika baru saja terbangun dan menyebut nama Sang Pencipta, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang sontak mengagetkannya.
Suara ledakan yang terdengar olehnya itu seolah menjadi tanda. Sehingga ia tepaksa harus menghentikan ibadahnya tersebut.
Dalam benaknya, ia bergumam, tak ada satupun orang yang dapat menyelematkan tubuh rentanya, kecuali dirinya sendiri.
Pasalnya Sohati hanya hidup seorang diri. Anaknya kini telah berkeluarga dan tinggal bersama keluarga kecilnya.
#GOOGLE_ADS#
"Saya lagi salat baru dua rakaat, tepat sekali saat tahiyat awal. Saya terus membuka mukena buru-buru, soalnya mendengar suara ledakan dari belakang," ujar Sohati yang masih menampakkan raut wajah ketakutannya di hadapan awak media.
Dengan tubuh yang gemetar, ia memaksa dirinya untuk bergegas keluar rumah. Nyatanya benar saja, saat gagang pintu kamar ia buka, tampak kobaran api telah merambat begitu besar.
Ia pun berlari, tanpa menyelamatkan satu pun barang berharga miliknya. Kecuali, hanya pakaian berwarna ungu dan kerudung hitam yang terpasang menutupi auratnya saja.
Rasa trauma atas kejadian yang telah meratakan rumahnya itu, tak dapat disembunyikan. Bibir dan kedua tangannya pun masih bergetar, kala ia menceritakan musibah tersebut.
"Saya buka pintu, terus langsung keluar. Enggak tau saya mau ke mana, minta bantuan kemana, saya tinggal hanya sendiri. Pokoknya saya lari ke kebun jati. Tahu-tahu api sudah gede," tutur Sohati dengan mulut yang gemetar.
Sohati pun kini hanya berpasrah. Tatapan pun kosong, kala bola matanya mengarah dan menengok lokasi rumah yang kini telah rata dilahap api.
Ia pun bingung, kemana ia harus beristirahat. Rumah yang selama ini melindunginya dari siang dan malam hari, telah habis tak berbentuk.
Harapannya pun tak muluk-muluk. Setidaknya ia dapat memejamkan matanya untuk sebentar saja.
"Ya enggak tahu. Bantuan juga enggak tahu, kalau dibangun ya bersyukur," tandasnya.