TANGERANGNEWS.com-Dalam waktu dekat, media sosial Facebook berencana mengganti nama. Banyak alasan yang memicu penggantian nama Facebook ini.
Sejumlah pihak menyebut upaya penggantian nama dilakukan untuk menindaklanjuti program metaverse yang tengah dirancang perusahaan berbasis di Menlo Park, California, Amerika Serikat.
Alasan lainnya, diduga karena Facebook kerap digugat ke pengadilan oleh banyak pihak.
Upaya penggantian nama itu The Verge mengatakan rencananya penggantian nama Facebook akan didiskusikan di ajang Annual Connect Conference pada 28 Oktober atau bahkan bisa lebih cepat diumumkan.
Nantinya nama baru itu akan mewakili keseluruhan produk yang ada dalam payung perusahaan Facebook seperti Instagram, WhatsApp, Oculus, dan lain-lainnya.
Diketahui keinginan CEO Facebook Mark Zuckerberg membuat metaverse muncul sangat kuat belakangan ini.
#GOOGLE_ADS#
Saat ini Facebook sudah memiliki lebih dari 10.000 karyawan yang membangun perangkat keras yang mendukung metaverse. Salah satu contohnya adalah kacamata pintar Facebook yang bekerja sama dengan Ray-Ban.
Mark Zuckerberg sangat meyakini kacamata itu nantinya akan sama populernya dengan ponsel pintar yang ada saat ini. Perbedaannya kacamata itu akan jadi jembatan menuju metaverse buatan Facebook.
“Kami akan secara efektif bertransisi dari orang-orang yang melihat kami sebagai perusahaan media sosial menjadi perusahaan metaverse,” ungkap Mark Zuckerberg, seperti dilansir dari Sindonews, Rabu 20 Oktober 2021.
#GOOGLE_ADS#
Di sisi lain perubahan nama Facebook juga diyakini terjadi karena adanya kritik dan gugatan yang dilayangkan ke perusahaan sosial media terbesar di dunia itu.
Penggantian nama diharapkan bisa menyelamatkan fokus kerja-kerja teknologi baru Facebook dari gugatan-gugatan yang dialamatkan kepada perusahaan tersebut.
Diketahui baru-baru ini mantan karyawan Facebook, Frances Haugen, bertindak sebagai pelapor pidana atau whistle blower mengatakan Facebook sangat berbahaya buat anak-anak dan picu perpecahan.
Dalam kesaksiannya, dia menekankan kekuatan Facebook yang terjalin erat dalam kehidupan sehari-hari miliaran pengguna.
Serta juga mencatat risiko bahwa platform raksasa media sosial itu memicu makin maraknya gangguan makan, celaan fisik atau body shaming dan ketidakpuasan diri yang sangat berbahaya bagi kaum muda.