TangerangNews.com

Berbahaya, Warga Korban Tanah Bergerak di Lebak Kosongkan Permukiman

Tim TangerangNews.com | Kamis, 3 Maret 2022 | 16:14 | Dibaca : 839


Salah satu lokasi tanah yang bergerak di Lebak, Banten. (@TangerangNews / Dok. BNPB)


TANGERANGNEWS.com–Bencana tanah bergerak di Kabupaten Lebak, Banten semakin membahayakan penduduk. Masyarakat korban tanah bergerak di daerah itu kini mengosongkan permukiman karena kondisi rumah mengalami retak-retak dan dikhawatirkan roboh hingga dapat memakan korban.

"Kami terpaksa membongkar rumah, karena kondisi bangunan rumah terancam roboh akibat tanah bergerak, " ujar Juli, 58, seorang warga Cihuni Desa Curugpanjang, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, Kamis 3 Maret 2022, seperti dilansir dari Antara.

Saat ini, para warga yang tinggal di permukiman Kampung Cihuni Curugpanjang, Lebak sudah mengosongkan tempat tinggalnya karena mereka ketakutan bangunan rumah roboh.

Semakin membahayakannya kondisi saat ini karena ditambah curah hujan yang meningkat. “Hampir setiap hari di wilayah ini dilanda hujan dengan intensitas sedang dan lebat disertai angin kencang,” kata Juli. 

Masyarakat setempat, sambung Juli, kini meninggalkan permukiman dan tinggal di tenda pengungsian. "Kami sendiri kini membongkar rumah dan akan tinggal di rumah kerabat," jelas dia.

Ketua RT 02/RW 09 Kampung Cihuni Curugpanjang, Lebak, Dayat mengatakan, masyarakat yang terdampak bencana tanah bergerak di wilayahnya tercatat ada 43 rumah, 48 kepala keluarga, dan 174 jiwa.

#GOOGLE_ADS#

Selain itu, ungkap dia, fasilitas umum seperti masjid, majelis taklim, dan MTs Ar-Ribathiyah serta  tiga kelas ruangan belajar madrasah roboh.

Nia, 45, warga Curugpanjang, Lebak mengaku rumah miliknya kini rusak parah akibat pergerakan tanah, sehingga terpaksa tinggal bersama orang tua yang lokasinya aman dari pergerakan tanah. "Kami ingin direlokasi secepatnya ke tempat yang lebih aman," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lebak Agus Reza Faisal mengatakan, pihaknya mendukung masyarakat mengosongkan permukiman di lokasi bencana tanah bergerak, terlebih curah hujan tinggi.

Pengosongan permukiman itu untuk mencegah rumah roboh juga terjadi longsoran. "Kami menyarankan warga korban bencana tanah bergerak untuk sementara tinggal di pengungsian, " tutur Agus.