TangerangNews.com

Desak Cabut Izin PT LIB, Ekonom Sebut Tragedi Kanjuruhan Dipicu Penyelenggara Cari Untung

Rangga Agung Zuliansyah | Kamis, 6 Oktober 2022 | 15:58 | Dibaca : 187


Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Muhammad Aras Prabowo. (@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)


TANGERANGNEWS.com-Tragedi Kanjuruhan, Malang, mendapat perhatian dari Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Muhammad Aras Prabowo.

Menurut Aras, pemicu tragedi Kanjuruhan bukan hanya soal variabel keamanan, tapi juga  variabel keuntungan. Dalam hal Ini menjadi tanggung jawab PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) selaku penyelenggara.

"PSSI dan PT. LIB, lebih mengedepankan variabel keuntungan dari pada variabel keamanan, tidak mempertimbangkan keselamatan banyak orang," tegasnya, melalui siaran pers yang diterima TangerangNews.com, Kamis 6 Oktober 2022.

Ia menjelaskan PT LIB adalah pihak ketiga yang digandeng oleh PSSI dalam penyelenggaraan laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.

"PT. LIB merupakan korporasi yang diberi tanggung jawab sebagai pelaksana teknis turnamen yang berujung pada tragedi berdarah, dimana ratusan suporter meninggal dunia, ditambah korban luka-luka yang masih dirawat di rumah sakit," terangnya.

Aras menyebut sejumlah fakta yang membuatnya menyimpulkan demikian. Misalnya yang pertama sedari awal pihak kepolisian sudah memberikan peringatan potensi gangguan keamanan, tapi tidak diindahkan. 

Kedua, kapasitas stadion yakni 38.000 orang, tapi tiket yang dicetak jumlahnya mencapai 42.000. Jumlah itu melebihi kapasitas Stadion sekitar 4.000 orang.

Ketiga, oleh Kepolisian meminta agar laganya dipercepat pukul 15.30 WIB untuk mengantisipasi kepadatan penonton. Sebaliknya, LIB tetap dengan keputusan awal pukul 20.00 WIB untuk memaksimalkan jumlah penonton. Pukul 20.00 WIB itu, orang-orang sudah pulang kantor ditambah malam minggu.

"Tiga indikator di atas cukup untuk menyimpulkan bahwa PSSI dan PT LIB lebih mengutamakan keuntungan dari pada keamanan," tegas Kepala Program Studi Akuntansi Unusia ini.

Fenomena di atas adalah perilaku ekonomi sebagian besar korporasi di Indonesia. Aras, mengutip Adam Smith menyatakan dalam tindakan ekonomi hanya ada kalkulatif keuntungan saja.

Perilaku ekonomi yang dipertontonkan dan berujung tragedi berdarah oleh PT LIB tidak hanya terjadi di korporasi persepakbolaan. 

"Tapi hampir seluruh korporasi di Indonesia dan dunia diberbagai bidang, khususnya korporasi tingkat safety yang tinggi seperti pertambangan, pengelolaan bahan kimia dan lain-lain," tukasnya.

Karena itu, sanksi yang setimpal untuk PT LIB adalah pencabutan izin dan pembubaran korporasi. Ini patut menjadi refleksi bagi seluruh korporasi dalam menjalankan operasinya.

"Meminjam pesan Gusdur bahwa yang terpenting dalam politik adalah kemanusiaan, jika saya hiaskan dalam perilaku ekonomi bahwa yang terpenting dari laba adalah kemanusiaan," tutupnya.