TANGERANGNEWS- Sejumlah peternakan babi di Kota Tangerang, Banten, belum didatangi oleh Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) hingga kemarin. Petugas baik dari provinsi maupun kabupaten dan kota, belum melakukan langkah antisipasi meski wabah flu babi terus memakan korban. “Sampai hari ini sih belum ada yang datang, nggak tau kalau besok-besok,” ungkap Kiking, 29, salah seorang peternak babi di kawasan Neglasari Kota Tangerang. Kiking mengaku sudah mendengar adanya penyakit tersebut. Namun dia dan rekan kerjanya tetap melakukan aktifitas seperti biasa tanpa rasa takut. Meski begitu, Kiking berharap diberi semacam penyuluhan agar bisa lebih tahu tentang flu babi. “Babi-babi di sini kelihatan sehat semua, tapi nggak tau deh dalemnya kayak gimana,” ujarnya hari ini. Setiap bulan menurut Kiking, hewan ternak yang dia pelihara diberi obat. Dirinya meyakini, obat semacam vaksin tersebut bisa membuat babi yang dipelihara tetap sehat. “Sudah hampir 10 tahun saya kerja di sini, belum pernah ada babi yang mati mendadak karena penyakit aneh. Paling-paling yang mati nggak wajar cuma kembung karena masuk angin doang,” katanya. Ada sekitar 30 peternakan babi milik warga di lokasi tersebut yang sudah beroperasi sejak tahun 1980. Masing-masing peternakan biasanya memelihara 150 hingga 180 ekor babi mulai dari anak-anak hingga dewasa. Babi di lokasi tersebut biasanya dipotong dan dipasarkan jika beratnya sudah mencapai 150 hingga 250 kg. Pembelinya adalah pengelola restoran dan warga khusus pengonsumsi babi. Sementara itu, Kepala Bidang Peternakan Distanak Provinsi Banten Irwan Efendi mengaku pihaknya belum melakukan pemeriksaan. Namun Irwan sudah melakukan koordinasi dengan Distanak di tingkat kabupaten dan kota untuk segera mendatangi peternakan babi. “Kami baru berencana akan mendatangi peternakan babi besok atau lusa. Kami akan menyemprotkan disinfektan untuk meminimalisir perkembangan virus dan mengambil sampel darah,” ungkap Irwan saat dihubungi. Irwan mengungkapkan, peternak yang melakukan kontak langsung dengan babi memiliki kemungkinan cukup tinggi terkena virus tersebut. Namun kemungkinan tersebut baru akan diketahui melalui uji laboratorium. “Hari ini kami juga melakukan koordinasi dengan karantina pelabuhan dan bandara untuk memperketat impor babi dari negara yang disinyalir bisa membawa virus tersebut,” katanya. (kon)