TangerangNews.com

Lansia Depresi Padahal Punya Aset Mewah, Begini Penyebabnya

Fahrul Dwi Putra | Kamis, 5 Januari 2023 | 14:11 | Dibaca : 309


Rumah mewah tak terawat yang ditinggali lansia depresi di Kelurahan jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. (@TangerangNews / Istimewa)


TANGERANGNEWS.com-Baru-baru ini tengah viral pemberitaan mengenai pemuda bernama Tiko merawat ibunya, Eny yang mengalami depresi di dalam rumah mewah.

Namun rumah tersebut tak terawat dan terkesan terbengkalai lantaran ditumbuhi tanaman-tanaman merambat.

Tiko dan Eny telah menempati rumah mewah yang berlokasi di Kelurahan jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tersebut selama puluhan tahun bahkan tanpa listrik dan air, seperti dilansir dari  viva.co.id, Kamis 5 Januari 2023.

Untuk memenuhi kebutuhan air seperti memasak dan mandi, mereka hanya menadah dari air hujan.

Diketahui Eny mengalami depresi sejak 12 tahun lalu, tepatnya pada 2010 lantaran ditinggal suaminya yang tak kunjung kembali hingga saat ini.

Memiliki aset rumah mewah ternyata tidak menjamin seseorang terhindar dari masalah depresi, terutama untuk kalangan lansia.

Kejadian serupa pernah terjadi di Tangerang pada Rabu 2 November 2022, lalu. Seorang lansia berinisial SH, 57, penghuni rumah elite di kawasan Kompleks Nusa Loka, BSD, Kota Tangsel, ditemukan tewas gantung diri lantaran diduga karena mengalami depresi.

"Diketahui pertama kali oleh pihak sekuriti yang melaporkan ke pengurus RT. Dari pemeriksaan awal kami mengira, SH, meninggal bunuh diri dengan cara gantung diri di tiang tangga lantai 2. Dugaan karena mengalami depresi," ujar Kapolsek Serpong, Kompol Evarmon Lubis seperti dikutip dari medcom.id, Kamis 5 Januari 2023.

Lalu, mengapa depresi rentan terjadi kepada kalangan lansia?

Berikut beberapa faktor penyebabnya seperti dikutip dari sehatq.com, Kamis 5 Januari 2023.

1. Gangguan tidur

Insomnia seringkali merupakan salah satu gejala depresi. Namun, penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa insomnia merupakan faktor risiko depresi dini dan depresi berulang, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.

 

2. Rendahnya tingkat neurotransmitter

Rendahnya kadar neurotransmitter di otak seperti serotonin dan noripefrin juga disebut-sebut sebagai salah satu faktor penyebab depresi pada lansia.

 

3. Penyakit kronis

Memiliki penyakit kronis seperti diabetes, stroke, penyakit Alzheimer, demensia, dll. sering menyebabkan lansia merasa stres.

 

4. Kesepian

Hidup menyendiri karena kedekatan lingkungan sosial, baik itu pasangan, keluarga atau teman dan kerabat yang telah meninggal, tentu dapat memicu gejolak stres dan depresi pada lansia.

Oleh karena itu, anggota keluarga dan pengasuh harus selalu mendampingi lansia dalam kehidupannya. Dengan begitu, ia tidak akan terlalu merasa kesepian dan bisa mengurangi risiko depresi.

 

5. Cedera

Mengalami trauma, baik dari perilaku kekerasan atau ditinggalkan oleh orang yang dicintai, juga merupakan faktor stres dan depresi pada lansia.

Dalam kasus seperti itu, Anda mungkin perlu merujuk lansia ke psikiater untuk konseling dan psikoterapi lainnya.

Adapun untuk mencegah depresi pada lansia dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut ini.

 

1. Berikan Antidepresan

Penggunaan antidepresan dapat membantu depresi pada orang tua. Meski begitu, penggunaannya harus memperhitungkan beberapa efek samping obat, seperti penurunan tekanan darah yang berpotensi menyebabkan jatuh dan patah tulang.

Beberapa antidepresan yang biasa digunakan antara lain:

- Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)

- Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRIs)

- Antidepresan trisiklik

- Antidepresan atipikal

- Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)

Antidepresan seringkali membutuhkan waktu lebih lama untuk bekerja pada orang dewasa yang lebih tua. Mengapa? Orang yang lebih tua seringkali lebih sensitif terhadap obat-obatan, jadi dokter harus memberikan dosis sedang terlebih dahulu.

 

2. Psikoterapi

Pengobatan depresi pada orang dewasa yang lebih tua seringkali berhasil dengan dukungan dari keluarga, teman, keinginan untuk sembuh, komunitas yang mendukung, dan psikoterapi.

Psikoterapi sangat efektif, terutama bagi orang yang pernah mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dan tidak mau minum obat (karena takut efek samping) dan yang memiliki gejala depresi ringan.

Namun, dokter juga akan merekomendasikan penggunaan obat kombinasi untuk pengobatan psikologis.

Untuk berhasil mengobati depresi pada orang dewasa yang lebih tua, perlu untuk menghilangkan stigma terhadap penyakit mental dan psikiatri dari pikiran orang dewasa yang lebih tua.

Saat stigma ini dihilangkan, lansia akan lebih termotivasi untuk mencari solusi daripada sekadar mengobati gejala depresi sebagai bagian dari kehidupan normal.

 

3. Mengajak lansia untuk tetap aktif

Cara mengatasi depresi pada lansia yang tidak boleh Anda abaikan adalah mendorong lansia untuk aktif dengan melakukan berbagai aktivitas untuk lansia seperti:

- Rutin olahraga

- Berjalan santai

- Bermusik