TangerangNews.com

Bunuh Diri Marak, Cermin Sistem Kehidupan Rusak

Rangga Agung Zuliansyah | Selasa, 16 Mei 2023 | 19:05 | Dibaca : 704


Hana Annisa Afriliani, S.S., Aktivis Dakwah dan Penulis Buku (@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)


Oleh: Hana Annisa Afriliani, S.S., Aktivis Dakwah dan Penulis Buku

TANGERANGNEWS.com-Dalam sistem kehidupan hari ini, kasus bunuh diri menjadi berita harian. Di Tangerang saja, kasus bunuh diri kerap terjadi. Sebagaimana yang diberitakan baru-baru ini, seorang pria berinisial EK, 33, tewas gantung diri di Kampung Kadu, Desa Pete, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, karena ditolak wanita yang disukainya.

Sementara itu, pada Oktober 2022 lalu, Seorang wanita bunuh diri dengan terjun ke Kali Angke kawasan Green Lake City, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, membawa anaknya.

Beruntung si anak berhasil diselamatkan petugas keamanan setempat. Sementara wanita berinisial M, 33, itu tewas tenggelam. Yang lebih sadis lagi, seorang lelaki di Karawaci Tangerang bunuh diri usai menyayat istri dan bibinya hingga tewas. Motifnya adalah ekonomi.

Masih banyak deretan kasus bunuh diri lain di negeri ini, seolah bunuh diri menjadi solusi atas persoalan kehidupan. Padahal ditilik dari sisi agama, bunuh diri merupakan sebuah keharaman yang tak layak dilakukan oleh seorang muslim. Karena sejatinya bunuh diri merupakan wujud keputusasaan yang amat dibenci di sisi Allah.

 

Rapuh Mental

Orang yang memilih bunuh diri sebagai langkah instan menyikapi persoalan hidup sesungguhnya menunjukkan kelemahan atas kualitas mentalnya. Adapun hal itu dipengaruhi juga oleh level ketakwaannya kepada Allah. Semakin tinggi level ketakwaan seorang hamba pada Rabb-Nya, tentu saja tak kan terbesit selintas pun keinginan untuk mengakhiri hidup. Sebab ia tahu bahwa bunuh diri merupakan perbuatan yang dimurkai di sisi Allah. Persoalan di dunia mungkin selesai ketika mati, namun ia akan menghadapi persoalan baru di pengadilan akhirat atas perbuatannya tersebut.

Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa juga akan memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik ataupun buruk, merupakan bagian dari takdir Allah atasnya. Ia takkan terpuruk sedemikian dalam, melainkan tetap kuat berpijak di atas keimanan.

Ia memiliki keyakinan yang kokoh bahwa menerima takdir Allah dengan ikhlas dan sabar merupakan sebuah kebaikan yang akan mendapat pahala di sisi Allah. Ia akan tetap optimis menghadapi seburuk apa pun ketetapan Allah atasnya karena yakin bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dan tidaklah Allah menguji seorang hamba di luar batas kemampuannya.

Lemahnya ketakwaan individu masyarakat hari ini tak bisa dilepaskan dari sistem yang menaunginya. Sebagaimana kita tahu bahwa sistem hari ini jauh dari ketakwaan, yakni tidak menjadikan aturan Allah sebagai pijakan dalam bermasyarakat dan bernegara. Hal ini jelas berpengaruh pada corak kepribadian masyarakatnya. Agama diletakkan hanya di ruang-ruang privat individu saja, khususnya dalam urusan ibadah ritual.

Sementara itu, negara tidak menjadi fasilitator bagi individu tersebut untuk menjalankan aturan agamanya secara sempurna di ruang-ruang publik. Akibatnya, negara tidak berperan dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan masyarakatnya, karena dianggap hal tersebut sebagai urusan di ranah privat.

 

Sistem Islam Menguatkan Kepribadian

Islam sebagai agama rahmatan lil'alamiin memiliki seperangkat aturan yang komprehensif bagi manusia. Selain mampu mewujudkan kepribadian yang kokoh, juga mampu menciptakan kondisi masyarakat yang sejahtera, diliputi kebaikan dan adab.

Oleh karena itu, persoalan ekonomi yang kerap menjadi penyebab seseorang melakukan bunuh diri tidak akan terjadi. Sebab di bawah pengaturan sistem Islam, perekonomian dijalankan dengan prinsip-prinsip syariat yang tentu saja adil dan mampu mewujudkan kesejahteraan, di antaranya negara tidak akan terikat dengan utang luar negeri berbasis riba yang pada akhirnya rakyat lah yang menjadi korbannya.

Negara juga akan mengelola sumber daya alam yang dimiliki secara mandiri, tidak menyerahkan pada asing dan swasta yang mengakibatkan rakyat menderita. Mekanisme sistem ekonomi Islam inilah yang pernah terekam dalam sejarah panjang peradaban Islam di masa lalu sepanjang 1400 tahun lamanya.

Oleh karena itu, kita wajib mengevaluasi diri. Banyaknya angka bunuh diri, bukan semata karena kesalahan individu, melainkan karena negara gagal dalam pemeliharaan urusan individu tersebut. Bukankah Allah akan memberikan berkah dari langit dan bumi seandainya penduduknya beriman dan bertakwa? Wallahu'alam bis shawab.