TANGERANGNEWS.com- Publik digegerkan dengan munculnya film dokumenter dari platform Netflix bertajuk 'Ice Cold Murder, Coffee and Jessica Wongso'.
Film arahan sutradara Rob Sixmith ini akan mengangkat kembali kasus yang sempat viral pada 2016 silam, yakni pembunuhnya Wayan Mirna Salihin melalui es kopi Vietnam bersianida.
Berdasarkan hasil persidangan, rekan korban, Jessica Kumala Wongso divonis 20 tahun penjara setelah hakim menilai secara terbukti dan meyakinkan Jessica membunuh Mirna.
Jessica pun sempat menuai banyak hujatan dari warganet lantaran tetap kekeh tidak mau mengakui pembunuhan tersebut, serta tampak memasang wajah tak bersalah.
Namun usai tayangnya film Ice Cold di Netflix, opini publik mengalami pergeseran. Sejumlah warganet masih meyakini Jessica adalah pihak yang bersalah atas kasus ini, sementara lainnya mulai meragukan tuduhan yang mengarah ke Jessica lantaran bukti-bukti dinilai kurang kuat.
Terlebih, adanya scene yang menampilkan sesi wawancara oleh kru film dan Jessica di lapas. Namun, tiba-tiba wawancara tersebut dihentikan oleh petugas, serta kru film tidak diizinkan lagi untuk menemui Jessica.
"even after years aku masih ngerasa she’s innocent. sepanjang film selain sedih cuma satu kesimpulan yg daritadi muncul di kepala 'just because cara dia bereaksi ga sesuai sm ekspektasi orang kenapa dia jadi bersalah ya'…," komentar akun @amerikkas.
"Setelah nonton, jadi punya pandangan lain dengan kasus ini. Bener, dulu tuh kayak terpengaruh media yang dari awal udah membentuk Jessica sebagai pembunuhnya. Tapi ternyata banyak yang janggal," komentar akun @yuanayu13.
"Dari dokumenter ini sebenernya mau kasih lihat ke publik tentang bobrok nya hukum Indonesia, tentang membunuh tanpa bukti, tentang teori usang, tentang permainan didalam sebuah persidangan, tentang kekuasan," komentar akun @devi_SSS.
Sementara itu, kuasa hukum Jessica, Otto Hasibuan dalam podcast di kanal YouTube Deddy Corbuzier menegaskan film Ice Cold bukanlah buatan dari pihaknya.
Otto mengaku sama sekali tidak mengenal seluruh kru pembuat film Ice Cold. Lalu, Otto diminta untuk memohonkan izin kepada Jessica Wongso agar kasusnya dapat diangkat menjadi film.
"Setelah konsultasi, Jessica tanya 'apa baiknya?'. Saya bilang jangan berpikir baik atau buruk, nyatakanlah yang sebenarnya dan saya tidak mau berpura-pura di sini. Akhirnya dia mau dengan segala risikonya," ujar Otto.
Menurut Otto, film Ice Cold tersebut merupakan karya jurnalistik, sehingga mengambil sudut pandang dari dua belah pihak dan tidak ada satu pun yang dibayar dalam pembuatannya.
"Mereka bilang ini film karya jurnalis, sehingga tidak ada yang dibayar jadi biar Jessica, saya atau siapa pun tidak mendapat bayaran," terangnya.
Di sisi lain, ayah mendiang Mirna, Edi Darmawan Salihin justru mengaku merasa tertipu saat diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan dari sutradara Rob Sixmith.
"Ini saya ketipu sama Netflix, syuting kita directornya maupun sutradaranya itu namanya Rob Sixsmith. Saya enggak dapat apa-apa dari dia, cuma dia minta tolong untuk saya menjawab dan saya jawab tapi kenyataannya apa? Yang dia tayangkan itu nggak sesuai dengan kenyataan yang ada," ungkap Edi dalam wawancara di salah satu stasiun televisi, Jumat, 06 Oktober 2023.
Edi pun meminta masyarakat agar tidak terkecoh dengan tayangnya film Ice Cold tersebut. Sebab, menurutnya apa yang disajikan tidak sesuai dengan kenyataan dan terkesan menggiring opini.
"Netflix (film Ice Cold) itu mohon dilupakan saja, karena dia itu bikin sampah, enggak benar," katanya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia Rommy Febri menyebut film Ice Cold tidak menampilkan fakta baru, maka film itu hanya sebatas cerita yang tidak dapat dijadikan rujukan hukum.
"Melihat film tak bisa langsung seperti fakta hukum, walaupun ada banyak footage gambar di persidangan. Karena footage persidangan itu terbuka, tetapi fakta hukumnya juga cerita tersendiri," ucapnya dikutip dari viva.co.id, Minggu, 08 Oktober 2023.
Rommy mengimbau agar masyarakat dapat membedakan antara realitas utuh fakta hukum dengan penggambaran film, yang bisa aja memiliki angle berbeda.