TangerangNews.com

Ketika Cinta Berujung Hilang Nyawa

Rangga Agung Zuliansyah | Rabu, 6 Desember 2023 | 00:54 | Dibaca : 603


Hana Annisa Afriliani, S.S, Penulis Buku, Aktivis Dakwah dan Praktisi Pendidikan. (@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)


Oleh: Hana Annisa Afriliani, S.S, Penulis Buku, Aktivis Dakwah dan Praktisi Pendidikan

 

TANGERANGNEWS.com-Dalam kehidupan saat ini, cinta menjadi sesuatu yang dipuja. Hidup tanpa cinta seolah merana. Apalagi saat kehilangan atau dikhianati orang yang dicinta, hidup seolah tak lagi berharga. Inilah yang banyak terjadi pada muda-mudi hari ini. Hanya karena asmara, jalan instan bunuh diri menjadi pilihan.

Sebagaimana yang terjadi di Tangerang Selatan beberapa waktu lalu, seorang wanita muda lompat dari lantai 17 Apartemen Treepark, Serpong, BSD. Dugaan sementara adalah karena masalah percintaan.

Sementara pada bulan Mei lalu di Tigaraksa, Tangerang, seorang pemuda (20) nekat gantung diri di kamarnya karena cintanya ditolak sang pujaan haiti. Tak hanya itu, pada September 2023 lalu seorang pria (25) di Rajeg juga mencoba bunuh diri dengan melompat dari atap rumahnya, namun berhasil digagalkan oleh Polsek setempat.

Aksi bunuh diri sebagai pelampiasan rasa sakit hati akibat cinta menunjukkan kerapuhan mental generasi muda hari ini. Mereka tak lagi menimbang dengan apakah bunuh diri berdosa ataukah tidak, yang terlintas di kepala mereka adalah lekas menyelesaikan masalah yang ada.

 

Mental Rapuh Buah Sistem Kehidupan Rusak

Rapuhnya mental generasi muda hari ini tentu tak bisa dilepaskan dari buruknya penerapan sistem hidup hari ini. Sebagaimana kita tahu, bahwa sistem hari ini sangat jauh dari ajaran Islam, ikhlim yang terbangun di tengah masyarakat pun adalah iklim sekuler yakni pemisahan agama dari ranah kehidupan publik.

Agama ditempatkan dalam ruang privat individu dan itu pun sebatas dipakai dalam ibadah ritual semata, seperti salat, mengaji, ibadah haji, dll. Namun dalam praktik kehidupan di ruang publik, agama dijauhkan sehingga banyak muslim yang tidak memahami ajaran agamanya sendiri.

Akibatnya, ketika menghadapi persoalan hidup, mereka tak menyandarkan pada bagaimana agama memandangnya, melainkan atas perasaan dan naluri pribadi saja.

Dalam kasus maraknya bunuh diri karena putus cinta, seorang muslim yang paham dengan ajaran agamanya sudah tentu takkan memilih langkah tersebut. Karena bunuh diri malah akan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka Jahannam. Allah Swt mengharamkan bunuh diri apa pun alasannya.

Oleh karena itu, seorang muslim haruslah memiliki mental yang kuat dan hati yang lapang dalam menerima takdir-Nya. Bukankah beriman kepada takdir baik maupun buruk adalah bagian dari rukun iman?

Dengan demikian, setiap muslim sudah selayaknya memahami bahwa apa pun yang terjadi pada dirinya merupakan bagian dari ketetapan Allah Swt. Terkadang kita yang tidak mampu menjangkau hikmah di baliknya. Padahal setiap apa yang terjadi pada diri kita harus dianggap sebagai yang terbaik bagi kita, sehingga kita tak mudah kecewa. Semua ini membutuhkan keimanan yang kokoh di dalam diri kita.

Adapun keimanan yang kokoh akan tertancap dari adanya pendidikan Islam yang diterapkan, baik di rumah maupun di sekolah. Itulah mengapa Islam memerintahkan setiap orangtua untuk menanamkan akidah Islam sejak dini kepada anak-anaknya, karena akidah inilah yang akan menjadi pondasi bagi seorang anak hingga dia dewasa.

Sekolah juga wajib menjadikan akidah Islam sebagai basis kurikulum dan pengajaran, sehingga nantinya output pendidikan yang terlahir bukan yang hanya cerdas secara akademik saja, melainkan juga yang memiliki kepribadian Islam. Generasi seperti inilah yang akan mampu bertahan di tengah derasnya ujian hidup.

 

Genarasi Visioner Lahir dari Rahim Sistem Islam

Generasi berkepribadian Islam akan menyibukkan diri dengan hal-hal produktif, misalnya belajar, menciptakan karya, beramal saleh di tengah masyarakat.

Mereka tidak akan terjebak ke dalam perkara remeh temeh yang hanya akan menghabiskan waktu tanpa produktivitas di hadapan Alla, misalnya pacaran. Di sisi lain, generasi berkeribadian Islam tentu saja memahami bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan di luar pernikahan adalah haram.

Sungguh generasi berkepribadian Islam ini hanya akan terlahir dari sistem Islam. Karena sistem Islam memiliki seperangkat aturan yang mampu membentuk generasi cemerlang dan berkualitas.

Sebab Islam bukan sekadar agama, melainkan juga ideologi yang ketika diterapkan secara sempurna, maka akan menghadirkan rahmat bagi semesta alam, bukan hanya bagi umat Islam saja.

Sejarah telah mencatat betapa Islam mampu menaungi banyak agama dan kepercayaan dengan penuh kedamaian. Wallahu'alam bis sahawab.