TANGERANGNEWS.com-Program pertemuan rutin sentra (PRS) PT BTPN Syariah Tbk dengan nasabah yang diadopsi dari budaya 'ngariung' atau berkumpul, mendapat apresiasi dari Budayawan Sunda Prof. Ganjar Kurnia.
Menurut Ganjar yang juga Ketua Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda (PDP BS) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung ini, mayoritas masyarakat di Jawa Barat sendiri berasal dari Suku Sunda.
Mereka yang berasal dari Suku Sunda ini memiliki prinsip "silih asih, silih asah, dan silih asuh," yang berarti saling menyayangi atau berempati, saling mengasah atau mengajari, serta saling membimbing dan saling menjaga.
"Prinsip itu membuat suasana kehidupan masyarakat di Jawa Barat dipenuhi dengan rasa keakraban, kerukunan, kedamaian, ketentraman, selalu saling tolong menolong, dan kekeluargaan," katanya, dalam diskusi Ngariung Berdaya, Jabar Berjaya Bersama BTPN Syariah di Bandung, Selasa 19 Desember 2023.
Salah satu budaya Suku Sunda yang masih menjadi kebiasaan sampai saat ini, adalah ngariung atau berkumpul untuk bersilaturahmi dengan cara duduk bersama keluarga atau teman.
Budaya yang mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat ini, ternyata memiliki keterkaitan erat dengan model bisnis BTPN Syariah melalui program Pertemuan Rutin Sentra (PRS).
PRS ini sebagai wadah utama ibu-ibu nasabah yang berkumpul setiap dua minggu sekali, untuk melakukan transaksi keuangan serta angsuran dan mengikuti program pelatihan usaha.
"Saya sangat mengapresiasi BTPN Syariah karena menerapkan pendekatan budaya Sunda dalam memberdayakan nasabah masyarakat inklusi," tambah Ganjar.
Ganjar juga menilai program ini dapat menjadi solusi untuk membantu masyarakat keluar dari status ekonomi prasejahtera, salah satunya akibat faktor melonggarnya hubungan sosial.
Ia mencontohkan, dulu masyarakat bisa dengan mudah meminjam uang ke tetangga, namun sekarang tidak. Ketika kebutuhan ekonomi semakin tinggi dan hubungan sosial merenggang, akhirnya orang-orang di pedesaan memilih urbanisasi ke kota.
"Jadi itu bukan karena daya tarik perkotaan, tapi karena faktor kehidupan di desa sudah tidak mendukung. Jadi saya setuju wanita-wanita di desa ini diberdayakan dengan kemudahan pembiayaan," ungkapnya.
Ganjar juga menambahkan terkait karakeristik masyarakat Sunda yang berbeda-beda di tiap wilayah Jawa Barat, sehigga tidak bisa melakukan pendekatan yang sama dalam merangkul mereka.
"Misanya ada yang harus lewat tokoh masyarakat, jawara, ajengan, kyai bahkan dukun. Ini menjadi tantangan petugas BTPN Syariah di lapangan, harus mencari informasi mengenai karakteristik di wilayah tersebut," ujarnya.
Andi Setio, Pimpinan Wilayah Jawa Barat BTPN Syariah menjelaskan BTPN Syariah dan Jawa Barat memiliki keterkaitan yang sangat erat sejak lama.
Sebab, telah melayani masyarakat inklusi secara langsung di Jawa Barat sejak 2011. Bahkan, Jawa Barat tercatat sebagai provinsi pertama yang dilayani oleh BTPN Syariah.
"Berdasarkan catatan, jumlah nasabah BTPN Syariah di Jawa Barat sudah lebih dari 774 ribu per kuartal III 2023 yang berasal dari 27 kabupaten/kota," ungkapnya.
Ibu-ibu nasabah di Jawa Barat memiliki usaha yang cukup beragam, mulai dari pertanian, jual makanan, perkreditan, perdagangan, penyewaan villa, berkebun, dan jual sembako.
"Jumlah pembiayaan yang di salurkan BTPN Syariah hingga kuartal III 2023, sebersar Rp2,83 triliun kepada ibu-ibu nasabah yang tergabung dalam 60.046 sentra di Jawa Barat," pungkasnya.
Kemudian, Andi Setyo menambahkan terkait penerapan model bisnis Pertemuan Rutin Sentra yang merupakan syarat utama bagi ibu-ibu dari BTPN Syariah untuk mendapatkan pembiayaan tanpa agunan.
Dengan 'ngariung', banyak manfaat yang didapat oleh para ibu-ibu, seperti akses pembiayaan, akses pengetahuan melalui pelatihan dan pengembangan usaha yang mampu meningkatkan usaha ibu-ibu.
Selain itu ibu-ibu juga mendapatkan rasa solidaritas dari anggota yang terbentuk sehingga saling mendukung dan menolong satu sama lain.
"Ketika satu nasabah sedang kesulitan, maka nasabah lain akan saling membantu. Dengan demikian, akan timbul rasa saling mengasuh, mengasihi, dan mengasah sesuai prinsip masyarakat di Jawa Barat," paparnya.