TangerangNews.com

Gading Serpong Bakal Jadi Kota Bahagia, Pengamat Paparkan Alasannya

Redaksi | Selasa, 6 Agustus 2024 | 17:44 | Dibaca : 375


Talkshow bertajuk Tantangan dan Peluang Pengembangan Kawasan Terintegrasi, 'City within A City', di ruang Ivory Atria Hotel, Selasa 6 Agustus 2024. (@TangerangNews / Redaksi )


TANGERANGNEWS.com- Gading Serpong di Kabupaten Tangerang diproyeksikan menjadi kota kelas dunia. Dengan segala fasilitas  pembangunan yang dirancang oleh pengembang, Gading Serpong menjanjikan warganya hidup bahagia.

Hal itu mengemuka dalam Talkshow bertajuk Tantangan dan Peluang Pengembangan Kawasan Terintegrasi, 'City within A City', Selasa 6 Agustus 2024.

Talkshow yang berlangsung di ruang Ivory Atria Hotel, Kabupaten Tangerang, diselenggarakan Forum Wartawan Perumahan Rakyat (Forwapera). 

Talkshow menghadirkan Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga, Presiden Direktur Paramount Land, M Nawawi, dan Direktur Paramount Land Norman Daulay.

Tangerang Magnet Baru Pengembangan Perkotaan

Dalam talkshow tersebut, Nirwono Yoga mengungkapkan bahwa Tangerang telah menjadi magnet baru untuk pengembangan sebuah perkotaan. 

Pengembangan wilayah ini diproyeksikan dengan proporsi yang spesifik: bagian barat difokuskan pada industri. Sementara bagian selatan dan utara diarahkan pada hunian dan komersial.

Apalagi nanti terbentuk aglomerasi Jabodetabekjur yang didalamnya ada Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan. 

Ia memprediksi  tahun 2045, Tangerang Raya akan memiliki 10 jutaan penduduk. "Ini potensi yang bisa dimaksimalkan," sebutnya.

Di Tengah Proyek Strategis Nasional (PSN

Nirwono Yoga juga menyoroti proyek-proyek strategis nasional  di BSD dan PIK 2. Kawasan Gading Serpong, yang berada di titik tengah antara kedua proyek tersebut dihadapkan pada tantangan untuk menentukan diferensiasi dan arah pengembangannya di masa depan.

Jika kawasan BSD dalam PSN akan dibangun kota digital, maka Gading Serpong harus dapat menangkap peluang lain. Misalnya menjadi kota pendidikan atau kota bisnis.

"Gading Serpong sudah membaca apa diferensiasinya. Alam Sutera jadi apa, Gading Serpong berbuat apa. Kepekaan membaca peluang itu  dari sekarang," paparnya.

Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang

Berkaca dari kota-kota dunia yang telah melakukan perencanaan hingga tahun 2070, Nirwono Yoga menegaskan pentingnya pembangunan kota yang mengacu pada indeks standar dunia. 

Perencanaan pembangunan kota dibuat untuk jangka panjang yang berkelanjutan.

Namun, kata dia, pembangunannya lebih dari sekadar fisik. Tapi yang terpenting adalah membangun peradaban kota. "Dengan kota yang beradab akan melahirkan  masyarakat yang bahagia," tutur Nirwono 

Ciri-ciri Kota yang Bahagia

Nirwono Yoga menyebut bahwa untuk menciptakan Gading Serpong sebagai kota bahagia, kota ini harus memiliki ciri menarik, tangguh, dan lestari yang disingkat menjadi Mentari. 

Kata Nirwono, sebuah kota harus memiliki daya tarik modern, digital, dan ramah lingkungan, serta fasilitas publik yang lengkap dan visi jangka panjang.

Artinya tidak hanya menjanjikan sebagai investasi namun juga layak huni. 

Selain itu tangguh terhadap kondisi alam dengan mengedepankan isu-isu ramah lingkungan. Selanjutnya Lestari dengan mengedepankan keteraturan, kebersihan lingkungan, dan ruang terbuka.

Ciri lainnya yang menandakan sebuah kota yang bahagia menyasar generasi muda. Karena 20 tahun kedepan mereka berada di usia produktif. "Kalau itu (generasi muda) yang disasar, kawasan kota ini akan hidup dan produktif," sebutnya. 

Transportasi Massal dan Konektivitas

Ia menggarisbawahi pentingnya membangun konektivitas dan aksesibilitas yang mudah bagi warga dengan menyediakan transportasi massal. 

Salah satu proyek yang direncanakan pemerintah adalah pembangunan MRT yang akan menghubungkan barat dan timur wilayah Jabodetabek. 

"Bagaiman Gading Serpong ini bisa terlewati oleh MRT yang sekarang jadi tren masyarakat perkotaan," ujarnya.  

Bahagia Harus Punya Uang

Sementara itu, Presiden Direktur M Nawawi menyampaikan bagaimana kawasan ini dibangun pada tahun 90-an. Pada saat dibangun sudah punya visi menjadi kota menyerupai kawasan Kelapa Gading. 

Namun seiring waktu terus bervolusi menjadi kawasan perkotaan yang akhirnya menemukan ciri khasnya sendiri. 

"Melihat sejarah bersama Summarecon mengembangkan kawasan ini, mirip di Kelapa Gading," kenang Nawawi. 

Namun, dalam perjalanan banyak perubahan. Tidak hanya fisik infrastruktur yang berubah tapi juga manusianya yang tinggal di Gading Serpong. 

"Yang membedakan manusianya yang ingin bahagia. Siapa yang mau beli siapa yang mau tinggal di Gading Serpong, itu kami bahagiakan," ujar Nawawi. 

Spirit pengembangan kota Gading Serpong, imbuh Nawawi terbentuk secara natural. Kata dia mirip seperti jaman dulu kawasan Pecinan di Semarang, Jakarta, Medan, dan kota-kota lain yang terbentuk secara alami.   

Merasa bahagia tinggal di kawasan kota juga harus didukung dengan memiliki uang. Maka itu, pengembang membangun fasilitas usaha agar perputaran uang tetap ada di kantong warga. 

"Tinggal di lantai dua, lantai satunya dipakai dagang. Itu yang terjadi di Gading Serpong. Kalau mau bahagia harus ada duit," kelakar Nawawi.