TangerangNews.com

Kembali Pada Politik Kesehatan dalam Islam

Rangga Agung Zuliansyah | Kamis, 22 Agustus 2024 | 17:10 | Dibaca : 87


Hawa Aziz, Aktivis Dakwah Islam. (@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)


Oleh: Hawa Aziz, Aktivis Dakwah Islam

 

TANGERANGNEWS.com-Viral di media sosial bahwa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ramai pasien anak cuci darah. 

Berita ini diluruskan oleh dokter anak di RSCM, dr. Eka Laksmi Hidayati yang mengatakan memang ada anak yang cuci darah (hemodialisis) di RSCM, tetapi kasus gagal ginjal pada anak tidak mengalami lonjakan.

Menurut dr. Eka, RSCM merupakan rumah sakit rujukan nasional yang memiliki layanan khusus cuci darah anak, jadi pasiennya bukan hanya dari Jakarta, tapi juga dari luar pulau Jawa. Saat ini jumlahnya sekitar 60 orang yang melakukan prosedur cuci darah.

Cuci darah ialah prosedur mengeluarkan darah dari tubuh melalui jarum yang dimasukkan kedalam mesin, diproses, lalu dimasukkan kembali ke tubuh dengan jarum lain. Prosedur inj akan berlangsung 4-5 jam, tergantung kondisi pasien.

Cuci darah dilakukan karena ginjal tidak bisa berfungsi untuk membersihkan darah dari racun-racun atau zat yang tidak diperlukan oleh tubuh. 

Kondisi ini disebabkan oleh bermacam hal, di antaranya kelainan bawaan dan bentuk ginjal yang tidak normal, sehingga tidak bisa menyaring darah dengan baik. Kasus terbanyak ialah sindrom nefrotik, peradangan ginjal, lupus, dan penurunan fungsi ginjal akibat pola makan yang salah,

Melalui survei yang diselenggarakan oleh IDAI, dari 400 orang anak yang diperiksa air kencingnya, terdapat 23 persen yang mengandung protein dan darah samar. Artinya, 1 dari 5 anak Indonesia antara 15-18 tahun berpotensi mengalami kerusakan ginjal, yang disebabkan oleh gaya hidup kurang sehat.

Terutama kurang sehatnya pola makan, pola gerak, dan pola tidur yang sering begadang dan malas olahraga. Anak-anak saat ini juga suka mengonsumsi makanan dan minuman yang manis-manis.

 

Angka Diabetes pada Anak Meningkat

Sekitar 80 persen anak gangguan ginjal mengidap diabetes tipe 2. Inilah pangkal mulainya segala penyakit, termasuk sakit ginjal. dr. Pimprin menyarankan pada para orangtua untuk lebih mengurusi anak-anak mulai dari pola makan, gerak, dan pola tidur mereka. 

 

Konsep Kesehatan Islam yang Sesuai Perintah dan Syariah Islam

Kondisi saat ini sangat berbeda dengan masyarakat di masa Rasulullah saw. Ada riwayat seorang tabib Yahudi dari Palestina datang ke Madinah untuk praktek. Lalu, ia diizinkan dan difasilitasi nabi.

Setelah 2 bulan beliau izin ke nabi lagi minta pulang, karna tidak ada pasien satupun. Beliau berkeliling ke seluruh penjuru kota, tetapi tidak ditemukan orang sakit. 

Beliau bertanya pada penduduk apa yang menyebabkan mereka sehat prima. Penduduk menjawab, karena mereka selalu taat syariat dengan makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Si tabib menceritakan pada nabi tentang penduduk nya yang semua sehat. Memang benar apa yang dikatakan mereka. Lalu, nabi menyatir sebuah hadis, "Lambung manusia itu tempat nya segala penyakit, sedang pencegahan itu pokok dari segala pengobatan." (HR Addailami)

 Jadi, dari cerita tabib itu dapat kita simpulkan, bahwa kaum muslim di masa berkembangnya Islam adalah satu kaum yang amat disiplin dalam menerapkan pola hidup sederhana. Nabi saw bersabda,

"Kami adalah kaum yang tak akan makan kecuali lapar,dan apabila makan tidak akan sampai kekenyangan." (HR. Abu Daud Ra)

Banyaknya produk industri makanan dan minuman mengandung gula yang tak sesuai dengan ukuran kecukupan gizi merupakan hal yang wajar dalam kehidupan yang diatur oleh sistem kapitalis. Dalam sistem kapitalisme, yang menjadi tujuan utama dari proses produksi hanyalah keuntungan materi.

Akibatnya, produsen abai dalam aspek kesehatan dan keamanan pangan untuk anak, sehingga tidak sesuai dengan konsep makanan halal dan tayib.

Islam mewajibkan pemenuhan bahan pangan dan obat-obatan yang halal dan tayib sesuai dengan perintah syariat. Negara juga mengontrol industri makanan dan minuman agar memenuhi ketentuan Islam dan memberi sanksi pada industri makanan dan minuman yang nakal. Negara juga memberi pendidikan dan sarana pada masyarakat tentang konsep makanan yang halal dan tayib.

Hal ini menggambarkan sikap hidup umat Islam yang sangat berhati-hati dalam pengendalian perut. Meskipun mereka hidup berkecukupan, mereka tidak rakus dan selalu menjalani pola hidup sederhana yang diajarkan dan dicontohkan Rasulullah saw. Sebagaimana yang Allah Swt. perintahkan dalam Al-Qur'an, 

"Makan dan minumlah, dan janganlah ber lebih- lebihan, sesungguhnya Allah  tak suka orang yang ber lebih- lebihan." (Qs. Al A'raf: 31)