TangerangNews.com
Menyoal Anugerah Beasiswa Unggulan
| Selasa, 28 Juni 2011 | 18:15 | Dibaca : 257348
Shiela Riezqia (dokumen pribadi / dokumen pribadi)
Oleh Shiela Riezqia
Diplomasi sering diartikan secara sempit sebagai aktivitas suatu negara dengan negara lainnya untuk mencapai kepentingan nasional. Diplomasi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, “diploun” yang berarti “melipat”. “Diplomas” — surat jalan masa Romawi dicetak pada piringan logam dobel, dilipat, dan dijahit.
Dari definisi di atas, secara tegas bisa dipilah perihal diplomasi dalam lajur hubungan antar negara. “Diplomasi” — menunjukkan keahlian atau keberhasilan dalam melakukan hubungan internasional dan perundingan.
Dalam konteks lain, diplomasi dalam pandangan Dr. Louise Diamond dan Duta Besar John McDonald dalam Multi-Track Diplomacy, A System Approach to Peace, diplomasi konvensional atau diplomasi antar pemerintahan dapat diartikan sebagai proses politik yang berjalan secara damai antar berbagai negara-bangsa (nation-states) yang bertujuan untuk menyusun, membentuk, serta mengatur sistem hubungan internasional dan bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional.
Singkatnya, diplomasi adalah proses politik antar bangsa yang hanya dapat dilakukan oleh para perwakilan pemerintahan suatu negara, seperti para diplomat, staf kementerian, para pegawai negeri, dsb.
Pada awal dekade 1990-an, muncullah konsep Diplomasi Multi-Jalur/Multi-Track Diplomacy. Konsep ini telah memperluas definisi sempit diplomasi, dari hanya berarti proses politik yang dilakukan oleh para aparatur negara dan diplomatnya, menjadi proses politik yang dapat dilakukan oleh siapa saja, mulai dari pemerintah, individual, professional, para pebisnis, hingga agamawan. Singkatnya, diplomasi multi-jalur adalah suatu sistem untuk menciptakan dan membangun perdamaian internasional yang terdiri dari berbagai jalur dan cara, bukan hanya dari jalur pemerintahan dan dengan cara diplomasi konvensional.
Diplomasi Multi Jalur
Diplomasi Multi-Jalur ini merupakan sistem yang terdiri dari sembilan elemen atau jalur diplomasi. Jalur pertama adalah jalur diplomasi melalui pemerintah, jalur kedua adalah jalur non-pemerintah/para professional atau menciptakan perdamaian melalui proses resolusi konflik, jalur ketiga adalah jalur bisnis atau menciptakan perdamaian melalui kegiatan komersial, jalur keempat adalah jalur warga negara atau individual atau menciptakan perdamaian melalui keterlibatan personal dalam berbagai kegiatan yang positif
Jalur kelima adalah jalur penelitian, pelatihan, dan pendidikan, atau menciptakan pedamaian melalui pembelajaran, jalur keenam adalah jalur aktivisme atau menciptakan perdamaian melalui advokasi, jalur ketujuh adalah jalir agama atau menciptakan perdamaian melalui aktivitas keagamaan, jalur yang kedelapan adalah jalur pembiayaan atau menciptakan perdamaian dengan menyediakan berbagai sumber daya, sedangkan jalur kesembilan adalah jalur komunikasi dan media atau menciptakan perdamaian melalui transmisi informasi.
Meski tiap-tiap jalur tersebut memiliki keunikan masing-masing, seluruh jalur dalam Diplomasi Multi-Jalur tersebut saling berhubungan satu sama lain dalam menciptakan perdamaian internasional.
Dalam hal menciptakan dan membangun perdamaian internasional, bangsa Indonesia mendapatkan amanat yang cukup berat dari Undang-Undang Dasar 1945. UUD 1945 dengan gamblang menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus selalu ikut serta dalam menciptakan, mempertahankan, dan membangun perdamaian abadi. Karena itu, selain menempatkan berbagai perwakilan diplomatiknya di berbagai negara, atau disebut juga berdiplomasi dalam kerangka jalur pertama, bangsa Indonesia juga aktif berdiplomasi dalam berbagai jalur lainnya.
Salah satu bentuk diplomasi multi jalur yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah diplomasi jalur keempat yang aktif dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Diplomasi jalur keempat ini merupakan dilaksanakan untuk menciptakan dan membangun perdamaian dengan cara menyediakan dan memfasilitasi wadah bagi para warga negara, khususnya para pemuda, pelajar, dan mahasiswa berprestasi di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk dapat terlibat bersama dalam kegiatan pendidikan. Dengan cara ini, diharapkan para individual akan saling terlibat dan bertukar pikiran untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Bea siswa unggulan
Diplomasi jalur keempat yang dilakasanakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional ini berbentuk beasiswa bagi para pemuda berprestasi dari dalam dan luar negeri. Beasiswa tersebut dinamakan Beasiswa Unggulan dan aktif diberikan kepada para mahasiswa Indonesia dan mahasiswa asing, khususnya mahasiwa berkebangsaan Palestina, sejak tahun 2009.
Program pemberian beasiswa bagi mahasiswa asing tersebut merupakan hasil Konferensi NAASP (New Asian-African Strategic Partnership) Ministerial yang diselenggarakan pada 14-15 Juli 2009. Konferensi tersebut berhasil mendorong berbagai negara di seluruh dunia untuk berkomitmen membantu negara-negara lainnya di benua Asia dan Afrika, khususnya Palestina, di bidang teknis dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia agar bangsa tersebut lebih siap untuk menjadi negara yang berdaulat dan merdeka secara penuh.
Penganugerahan Beasiswa Unggulan bagi para mahasiswa asing, khususnya Palestina, adalah salah satu jenis pemberian beasiswa bagi mahasiswa berkewarganegaraan asing yang terseleksi menjadi peserta didik pada perguruan tinggi di Indonesia. Proses rekrutmen dan seleksi diserahkan pada seluruh perwakilan RI di berbagai belahan dunia dengan tidak lupa bekerjasama dengan panitia seleksi Beasiswa Unggulan, Kemdiknas. Selain diseleksi berdasarkan kompetensi akademiknya, para mahasiswa asing juga dipilih berdasarkan tingkat kemahirannya berbahasa Indonesia yang dibuktikan dengan sertifikat Ujian Kemahiran berbahasa Indonesia (UKBI). Para mahasiswa asing tersebut juga dapat memilih berbagai jenjang pendidikan, mulai dari jenjang S1 hingga Doktoral.
Tidak dapat diragukan lagi, penganugerahan Beasiswa Unggulan ini dapat meningkatkan kerjasama dan pertukaran ide/informasi antar individual, peningkatan kerjasama antar negara, serta dapat meningkatkan pemahaman bersama dalam rangka menciptakan perdamaian. Para mahasiswa asing yang belajar di Indonesia akan dapat mempelajari bahasa, kultur, dan cara pandang warga Indonesia. Begitu pula sebaliknya, para pemuda Indonesia juga akan dapat bertukar pikiran dan ide dengan para mahasiswa asing sehingga pikirannya lebih terbuka. Para calon pemimpin dunia tersebut diharapkan dapat membangun kesepahaman dan jaringan internasional sehingga perdamaian dunia akan terwujud lebih baik lagi.
Shiela Riezqia, S. I. P. adalah mahasiswa program Master of Science of International Political Economy, di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), a Graduate School of Nanyang Technological University (NTU), Singapore.