TangerangNews.com

BMKG Sebut La Nina Sudah Terjadi di Indonesia, Ini Dampaknya

Fahrul Dwi Putra | Selasa, 5 November 2024 | 12:30 | Dibaca : 97


Ilustrasi citra satelit Indonesia mengenai potensi cuaca ekstrem. (@TangerangNews / BMKG)


TANGERANGNEWS.com- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa fenomena La Nina lemah sudah terjadi di Indonesia dan diperkirakan akan berlangsung hingga awal 2025. Informasi ini disampaikan dalam "Climate Outlook 2025" pada Senin, 4 November 2024.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, meski tahun 2025 diprediksi tidak akan ada anomali iklim besar seperti El Nino dan IOD (Indian Ocean Dipole), La Nina lemah yang berlangsung ini masih akan membawa sejumlah dampak pada pola cuaca di Indonesia. 

Dikatakan Dwikorita, suhu rata-rata bulanan di Indonesia dari Januari hingga Desember 2025 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar +0,3 hingga +0,6°C, dengan puncaknya terjadi pada periode Mei hingga Juli.

"Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer dan laut tersebut, BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada tahun 2025 akan mengalami curah hujan tahunan pada kategori Normal dengan jumlah curah hujan tahunan berkisar antara 1000 - 5000 mm/tahun," ujar Dwikorita dalam keterangannya dikutip Selasa, 5 November 2024.

Namun, ada wilayah yang diprediksi mendapat curah hujan tinggi lebih dari 2.500 mm per tahun, yakni sebagian besar Sumatra, Jawa Barat, sebagian Pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan Papua. 

Sebaliknya, ada 15% wilayah yang diperkirakan mengalami curah hujan di atas normal, sementara sekitar 1% wilayah lainnya mungkin mengalami hujan di bawah normal, seperti beberapa daerah di Sumatra Selatan, NTT, Maluku Utara, dan Papua Barat.

Dwikorita menambahkan, beberapa daerah lainnya seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur perlu waspada terhadap kemungkinan hari tanpa hujan yang berkepanjangan.

Dampak La Nina 

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menguraikan, dengan adanya La Nina lemah maka Indonesia harus siap menghadapi peningkatan curah hujan hingga 20% di atas normal pada awal 2025. 

Hal ini berpotensi meningkatkan kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, terutama pada puncak musim hujan. Oleh karena itu, kesiapsiagaan dan upaya antisipatif sangat diperlukan.

""Perlu meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir, seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir," bebernya.

Di sisi lain, wilayah yang berpotensi mengalami curah hujan di bawah normal juga perlu mempersiapkan diri terhadap risiko kekeringan yang bisa memicu kebakaran hutan dan lahan, terutama pada musim kemarau. 

Menurutnya, pemerintah daerah setempat perlu segera mengoptimalisasi infrastruktur sumber daya air, seperti sistem drainase dan waduk, agar siap menampung curah hujan tinggi dan mengelola air saat musim kemarau.

Selain itu, meski curah hujan cenderung di atas normal pada Juli hingga September 2025, kewaspadaan terhadap kebakaran hutan tetap penting. Sebab, catatan bencana menunjukkan kebakaran hutan masih saja terjadi setiap tahunnya.