TANGERANGNEWS.com- Donald Trump resmi kembali ke Gedung Putih setelah terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47. Kemenangan ini diumumkan oleh kantor berita The Associated Press pada Rabu dini hari waktu setempat.
Dengan hasil penghitungan suara, Trump unggul atas lawannya, Kamala Harris, di sejumlah negara bagian seperti Wisconsin, Georgia, North Carolina, dan Pennsylvania.
Hasil ini memastikan Trump meraih 277 suara elektoral, melebihi ambang batas 270 suara yang diperlukan untuk memenangkan pemilu.
Sebelumnya, banyak jajak pendapat memprediksi persaingan akan berjalan lebih ketat, namun kenyataannya Trump justru berhasil meraih dukungan besar dari berbagai kalangan yang merasa tidak puas dengan situasi ekonomi dan politik saat ini.
Dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 7 November 2024, saat menyampaikan pidato kemenangannya, Trump menyatakan bahwa dirinya menerima mandat luar biasa dari rakyat Amerika.
"Ini adalah kemenangan bersejarah dengan mandat yang kuat dan tegas," katanya di hadapan para pendukungnya.
Kembali terpilihnya Trump dianggap oleh para pengamat sebagai hasil dari kemarahan dan ketidakpuasan yang sudah lama mengendap di kalangan masyarakat Amerika, terutama terkait dengan masalah ekonomi dan inflasi yang kian membebani kehidupan sehari-hari.
Hal ini juga diperkuat dengan ketidakpuasan terhadap sikap pemerintah Amerika Serikat sebelumnya dalam beberapa kebijakan luar negeri yang kontroversial, termasuk dukungan untuk Ukraina dan konflik Israel-Palestina.
Di samping itu, kemenangan Trump juga mendapat sambutan hangat dari beberapa negara, terutama Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan dukungannya atas kemenangan Trump, mengatakan.
"Kembalinya Anda ke Gedung Putih adalah awal yang baru bagi Amerika dan persekutuan kuat antara Israel dan Amerika. Ini adalah kemenangan besar!"
Di sisi lain, beberapa sekutu dan rival Amerika, termasuk NATO dan China, kini harus bersiap menghadapi gaya kepemimpinan Trump yang cenderung tegas dan sering kali konfrontatif.
Janji Trump untuk menyelesaikan konflik Ukraina-Rusia dalam waktu singkat menimbulkan kekhawatiran bahwa pemerintahannya mungkin akan menekan Ukraina untuk berkompromi dengan Rusia.
Di Timur Tengah, hubungan Trump dengan Israel diyakini akan menguat, terutama dalam pendekatan keras terhadap Iran yang dianggapnya sebagai ancaman utama.
Kembali berkuasa, Trump juga membawa rencana besar untuk dalam negeri Amerika.
Agenda kontroversialnya meliputi peningkatan upaya deportasi besar-besaran serta penggunaan Departemen Kehakiman untuk menangani para oposisi.
Dukungan para pendukungnya pun diharapkan akan membantu Trump mewujudkan visi dan misi yang dianggap dapat “mengembalikan Amerika” pada kejayaannya.