TangerangNews.com

ODHIV di Tangsel Didominasi Usia 25-49 Tahun, Terbanyak Akibat Seks Bebas

Rangga Agung Zuliansyah, Yanto | Selasa, 3 Desember 2024 | 17:15 | Dibaca : 53


Ilustrasi HIV/AIDS akibat seks bebas. (@TangerangNews / Istimewa)


TANGERANGNEWS.com-Penanganan kasus Orang dengan HIV (ODHIV) di Tangerang Selatan (Tangsel) terus menjadi perhatian serius pemerintah daerah setempat.

Berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel, tercatat ada sebanyak 1.917 kasus HIV yang diakumulasi sejak tahun 2010 hingga Oktober 2024. 

Fakta ini menjadi bukti bahwa HIV/AIDS masih menjadi isu kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus.  

“Kasus ini didominasi oleh kelompok usia produktif, yakni 25 hingga 49 tahun. Sementara itu, terdapat 33 kasus yang melibatkan anak-anak,” ungkap dr Allin Hendalin, Kepala Dinkes Kota Tangsel, dalam peringatan Hari HIV Sedunia, Selasa 3 Desember 2024.

Menurutnya, mayoritas penularan terjadi melalui hubungan seksual yang tidak sehat atau seks bebas. Penularan melalui jarum suntik tercatat lebih sedikit, meskipun tetap menjadi perhatian. 

“Hubungan seksual yang tidak sehat masih menjadi penyebab utama penularan HIV di wilayah ini,” tegasnya.  

Untuk meningkatkan penanganan, Dinkes Tangsel telah mengembangkan program screening kelompok berisiko yang dapat diakses di seluruh Puskesmas di wilayah Tangsel.

Program ini didukung oleh layanan tes dan konsultasi sukarela (VCT) di 35 Puskesmas.  

“Screening ini penting untuk mendeteksi dini. Kita juga memastikan layanan VCT tersedia di semua Puskesmas. Saat ini ada 30 Puskesmas yang mampu memberikan pengobatan bagi ODHIV, dan akan ditambah menjadi 50 tahun depan,” tambah dr. Allin.  

Sebagai langkah nyata, Dinkes Tangsel juga menggandeng komunitas seperti Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI).

Komunitas ini terdiri dari 90 persen penderita HIV dan 10 persen orang terdampak. 

“Peran mereka penting dalam edukasi masyarakat untuk mencegah stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV,” jelasnya.  

Program ini selaras dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan, di mana kelompok berisiko harus ter-screening 100 persen. 

Langkah ini, diharapkan mampu menekan angka kasus baru sekaligus meningkatkan kualitas hidup penderita HIV di Tangsel.

dr. Allin juga mengimbau masyarakat, terutama mereka yang merasa berisiko, untuk tidak ragu melakukan tes HIV.

“Kesadaran diri sangat penting. Jangan menunggu gejala, karena deteksi dini dapat membantu pengobatan lebih efektif,” tutupnya.