TangerangNews.com

Warga Miskin Tangerang Tolak Penghentian BLT

| Senin, 27 Juli 2009 | 13:36 | Dibaca : 1803

Warga Miskin Tangerang Tolak Penghentian BLT TANGERANGNEWS-Rencana pemerintah menghentikan alokasi aggaran untuk warga miskin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada APBN 2010, memicu keresahan ditengah-tengah masyarakat, khususya kalangan penerima BLT. Mereka berharap, pemerintah tidak menghapus program BLT tanpa solusi pengganti. Di Tangerang, penghentian BLT ditanggapi sinis oleh sejumlah warga. Mereka menuding pemerintah telah mempermainkan nasib orang miskin yang sudah terlanjur terbiasa menerima bantuan tersebut. “Selama ini, BLT saya gunakan untuk membeli beras dan membiayai kebutuhan pendidikan anak. Saya tidak tahu lagi harus mencari tambahan biaya dari mana,” kata M Yusuf (45), tukang becak yang menetap di Desa Tegal Kunir Lor, Kecamata Mauk, Kabupaten Tangerang. Menurut Yusuf, peghasilan yang didapatnya dari mengayuh becak sehari-hari hanya Rp. 20.000. Tentunya pendapatan itu sagat jauh dari cukup untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya. Padahal, di rumahnya Yusup memiliki seorang istri dan 5 orang anak yang harus dinafkahi. “Anak saya lima orang. Dua diantaranya masih duduk di bangku SD dan SMP. Untuk itu, saya berharap pemerintah sudah memiliki solusi pengganti sebelum kemudian menghentikan BLT,” kata Yusuf lagi. Protes senada juga dilontarkan Maemunah (30), warga Kelurahan Mekar Sari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Jada gaek beranak 3 ini bahkan memprediksi bahwa tanpa BLT dia dan anak hanya akan mejadi beban bagi para tetangganya. “Saya ini hanya buruh cuci degan penghasilan Rp. 150 ribu perbulan. Untuk bertahan hidup, selama ini saya menggantungkan nasib dari kebaikan para tetangga, khususnya pemilik warung kelontong yang mau memberikan hutang. Dan, seluruh hutang-hutang itu baru akan saya bayar manakala sudah menerima kucuran dana BLT,” katanya. Tapi dengan rencana pemerintah yang ingin menghentikan kucuran BLT tanpa solusi, maka Maemunah yakin kedepan nasib dia dan tiga anaknya akan semakin tidak jelas. “Kasihan anak saya, bila BLT dihentikan, maka besar kemungkinan mereka akan berhenti sekolah,” ujar Maemunah dengan nada sedih. Diketahui, jumlah warga miskin atau Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima BLT di Kota dan Kabupaten Tangerang tidaklah sedikit. Hingga Tahun 2009, tercatat ada sebanyak 322.485 warga miskin atau Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima BLT. Dari julah tersebut, diketahui sebanyak 254.485 RTS merupaka warga Kabupaten Tangerang dan sisanyasebanyak 68.000 RTS adalah warga Kota Tangerang. Dan, diperkirakan ratusan ribu RTS inilah yang nantinya merasakan dampak langsung bila BLT benar-benar dihentikan. Sebelumnya, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah telah mengatakan, pemerintah tidak akan melanjutkan program pemberian bantuan langsung tunai (BLT) pada Tahun 2010. Hal tersebut karena program BLT dinilai tidak mendidik masyarakat. “BLT tidak bisa diberikan secara terus-menerus dan tahun 2009 ini merupakan tahun terakhir penyalurannya. Sedianya BLT akan diberikan bila dalam masyarakat benar-benar dalam kondisi darurat saja,” kata Mensos. Sebagai pengganti, lajut Mensos, program lain yang dinilai berhasil dalam membantu ekonomi masyarakat kecil, seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), bantuan jaminan sosial, dan KUR (Kredit Usaha Rakyat) tetap akan berlanjut. “Sebelumnya program BLT dirancang agar jumlah warga miskin tidak terus meningkat. Program serupa sedianya juga diterapkan oleh negara-negara lain, seperti Brasil dan Meksiko. Dan, bila dibandingkan dengan negara-negara lain, program BLT yang dilakukan di Indonesia paling berhasil,” katanya.(Roedy PG)