TANGERANGNEWS- Dunia seni Indonesia kembali berduka. Penyair dan Budayawan WS Rendra menyusul Mbah Surip ke alam baka. Hanya tiga hari berselang setelah Mbah Surip dimakamkan di komplek Bengkel Theater. "Kami tidak menyangka dia meninggalkan kita hari ini . Sebab, pagi tadi (kemarin, Red.) kondisinya mulai membaik setelah cuci darah," kata Sudibyo, adik Rendra. Seniman kelahiran Solo, 7 November 1935 itu, lanjut Sudibyo, meninggal di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta sekitar pukul 21.30. Sejak 30 Juni lalu, seniman bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra itu dirawat di rumah sakit karena penyakit jantung koroner. Pertama, dia rawat jalan di RS Cinere, Depok. Kemudian pada 9 Juli, keluarga memutuskan memindahkan ke RS Harapan Kita yang memang khusus menangani penyakit jantung. Baru sekitar dua minggu lalu dipindah lagi ke RS Mitra Keluarga. Sampai sekarang, pihak keluarga masih belum memastikan waktu pemakaman Rendra. "Rencana terakhir, besok pagi (hari ini, Red), tapi masih dibicarakan," kata Sudibyo. Yang jelas, dia akan dimakamkan di kompleks pemakaman Bengkel Teater di Citayam, Cipayung. Di kompleks itu pula, Mbah Surip yang meninggal Selasa lalu (4/8). Sampai berita ini ditulis, jenazah Rendra masih berada di rumah salah satu putrinya, Clara Sinta, di Perumahan Pesona, Depok. Rendra meninggalkan sebelas anak dari tiga isteri: Sunarti Suwandi, RA Sitoresmi Prabuningrat dan Ken Zuraida. Dua di antaranya sudah diceraikan Rendra (Sunarti dan Sitoresmi). Rendra melalui Bengkel Teater yang didirikan sejak 1967, sangat terkenal dalam memberikan suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Hingga kini, Bengkel Teater masih eksis berdiri dan menjadi pusat bagi kegiatan berkeseniannya. Rendra yang dijuluki si Burung Merak itu juga dikenal akrab dengan tokoh-tokoh nasional. Jiwanya yang antikemapanan, salah satunya tercermin ketika dia hadir dalam deklarasi pencalonan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo sebagai capres-cawapres di Bantar Gebang, Bekasi, pada 24 Mei lalu. Saat itu, Rendra tampak sehat, dan suaranya yang lantang nyaris tidak berubah ketika dia membacakan syair karya Chairil Anwar berjudul Karawang Bekasi. Sejumlah kumpulan sajak karya Rendra juga sudah diterbitkan, dan sangat mewarnai jagad kesusasteraan Indonesia. Di antaranya: Balada Orang-Orang Tercinta, Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta, Blues untuk Bonnie, Nyanyian Angsa, Sajak Seonggok Jagung, naskah drama yang sangat terkenal: Perjuangan Suku Naga. Rendra juga dikenal konsisten dalam menyuarakan jeritan kaum tertindas lewat puisi-puisi pamflet maupun naskah teaternya. Di era orde baru, puisi-puisi Rendra kerap dicekal oleh penguasa. Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karya-karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, di antaranya Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Karya-karya Rendra yang mengenyam beasiswa di American Academy of Dramatical Art itu menarik perhatian Prof Harry Aveling, seorang pakar sastra dari Australia. Dia lantas menerjemahkan beberapa bagian puisi Rendra dalam tulisannya yang berjudul: A Thematic History of Indonesian Poetry; 1920 to 1974.(ir/jp)