TANGERANG-Persita Tangerang menyesalkan kisruh yang terjadi pada Kongres PSSI yang diadakan di hotel Sutan Jumat lalu. Imbasnya, kongres tersebut berakhir tanpa hasil.
"Sangat disayangkan Kongres dihentikan dan tanpa hasil," ujar General Manager Persita Tangerang, Eka Wibayu kepada wartawan, Minggu (22/05/2011).
Menyikapi gagalnya Kongres PSSI yang dipimpin oleh Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar itu, Persita tidak mau berspekulasi apa penyebab dibalik kisruh tersebut. "Yang pasti, kami dari Persita salah satu pemilik suara di Kongres hanya memberikan dukungan kepada Komite Normalisasi," kata Eka.
Dukungan untuk Komite Normalisasi sebagai pihak yang akan menentukan calon Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Anggota Komite Eksekutif PSSI periode 2011-2015, menurut Eka, sangat perlu dilakukan demi masa depan persepakbolaan Indonesia yang lebih baik. Ia berharap, masalah kepengurusan PSSI bisa diselesaikan dan Indonesia terhindar dari sanksi FIFA.
Persita merupakan satu dari 101 peserta Kongres PSSI yang berasal dari perwakilan klub. Ada pun, rincian pemilik suara dari pengurus di 33 provinsi, 15 klub Liga Super Indonesia, 16 klub Divisi Utama, 14 klub Divisi I, 12 Klub Divisi II, dan 10 klub Divisi III. Jawa Timur akan menjadi penyumbang suara terbesar. Terdapat 13 pemilik suara yang berasal dari Jawa Timur.
Kongres PSSI yang berakhir ricuh itu membuat Indonesia terancam sanksi dari FIFA. Kongres dibanjiri interupsi yang puncaknya ketika pendukung Kelompok 78 mendesak agar Komite Banding memaparkan hasil keputusannya.
Suasana yang makin panas, membuat Agum terpaksa menghentikan jalannya kongres.
Kisruh dalam sidang PSSI adalah bagaikan sebuah deja vu, setelah sebelumnya juga terjadi pada Kongres PSSI di Pekanbaru, Riau, 26 Maret lalu. Saat itu, pintu sidang didobrak oleh pemilik suara yang langsung masuk memenuhi arena.(detik/dra)