TANGERANGNEWS.com-Rato, 48, warga Pamulang yang tinggal di Portal Jalan Cemara 2, Pamulang, Kota Tangsel sudah menjalani profesi sejak 1986 menjadi seorang pengrajin terompet. Profesi ini dijalani demi menyekolahkan anak setinggi-tingginya.
Setelah putus sekolah 32 tahun lalu, ia memilih untuk menekuni profesi musiman ini. Dia membuat sendiri terompet tersebut lalu menjualnya di kawasan Tangsel.
"Sampai sekarang saya masih seperti ini demi menyekolahkan anak saya. Di sini kan Unpam (Universitas Pamulang) murah, paling tidak anak saya bisa kuliah di situ, enggak seperti Bapaknya," ujar Rato.
Rato mengaku, dalam sekali penjualan terompet ini, ia bisa menghasilkan puluhan ribu rupiah. Namun Rato juga mengaku daganganya kerap banyak tidak habis terjual.
"Sering sekali terompetnya sisa banyak dan tidak bisa dijual lagi. Apalagi tahun kemarin, ada isu kalo terompet tradisional ini mengandung virus. Padahal sampai sekarang aman-aman saja," katanya.
Menurutnya, terompet yang tak habis terjual terpaksa hanya dibuang karena tidak bertahan lama, sehingga dia hanya mendapat modal kembali.
"Sering sekali penjualan tidak sesuai yang ditargetkan, jadi tidak habis. Nah, yang tidak terjual ini hanya dibuang. Jadi hanya dapat kembalian modal saja,"jelasnya.(RAZ/RGI)