Setelah dinyatakan PDP, Panji kemudian dipindahkan ke ruang IGD. Kata dia, ruang tersebut cukup luas, berisikan sekitar 8 tempat tidur yang sebagian telah diisi oleh pasien.
"Saya kemudian dibaringkan di sebuah bed yang hanya dibatasi kain pembatas dengan bed lainnya. Selang infus pun mulai dipasang beserta selang oksigen yang membantu meredakan sesak nafas yang dialami," katanya.
Malam itu, ia kemudian mendapatkan perawatan intensif. Petugas medis dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) siaga selama 24 jam.
"Petugas medis diruangan pula yang memberi kami makan, obat-obatan, hingga rutin selalu mengecek suhu tubuh dan tensi tekanan darah," imbuhnya.
Namun, justru di ruang IGD juga ia mendapatkan pasien status PDP yang kondisinya lebih buruk.
"Saya ingat betul di samping kanan terdapat seorang ibu-ibu yang terus-terusan batuk parah, dan di depan bed saya terdapat juga seorang WNA yang selalu berteriak-teriak jika petugas hendak memberinya makan ataupun mengambil sampel darahnya untuk diperiksa," katanya.
Panji mulai merasakan ketakutan, terlebih, kata dia, di ruang IGD tersebut hanya satu kamar mandi yang digunakan oleh semua pasien secara bergantian.
"Sebagai langkah preventif, setiap ke kamar mandi saya pun selalu membawa tisu yang sebelumnya sudah saya berikan antiseptic untuk membersihkan gagang pintu kamar mandi, ataupun juga untuk memebrsihkan dudukan toilet sebelum saya gunakan," terangnya.
Selama di ruang IGD juga, obat-obatan antibiotic seperti Azyhtomicin, Methysoprinol, Vitamin C, Paracetamol dan beberapa antibiotic lainnya diberikan petugas medis untuk membantu meredakan keluhan yang dialaminya.
"Hampir setiap hari petugas rutin mengambil sampel darah saya untuk dikirim ke laboratorium, selain itu juga dilakukan tes swap , pengambilan sampel dahak melalui hidung dan tenggorokan," kata dia.
Dahak dari tes Swap inilah yang kemudian dikirimkan ke Laboratorium Kementrian Kesehatan untuk mengetahui seorang pasien dinyatakan positif tidaknya terjangkit Virus Corona.
Sekitar 4 hari di ruang IGD, Panji tidak diperkenankan bertemu siapapun termasuk keluarga. Namun ia tetap diizinkan untuk mengakses telepon seluler dan memberitahukan perkembangan kesehatannya kepada keluarga dan kerabat.
"Termasuk perkembangan jika sejak hari ketiga kaki kanan saya terasa sakit dan tak bisa digunakan untuk berjalan normal, penyebabnya entah karena efek obat-obatan atau mungkin makanan yang dikonsumsi," katanya.