TANGERANGNEWS.com-Saidun, lurah Benda Baru yang kontroversial kini kembali menjadi sorotan publik. Ia diduga menyinggung isu sara atau agama menjelang digelarnya pesta demokrasi Pilkada Tangerang Selatan.
Dugaan tersebut berasal dari sebuah tangkapan layar percakapan di salah satu grup WhatsApp.
Dalam tangkapan layar tersebut, pemilik akun atas nama H saidun simpati, berceloteh soal memilih pemimpin berdasarkan agama tertentu. Celotehan tersebut juga disertai gambar tiga pasangan calon dalam Pilkada Tangsel.
Menanggapi hal tersebut, Camat Pamulang Mukroni membenarkan bahwa Lurah yang berada di wilayah pimpinannya itu sempat menyinggung isu sara di salah satu grup WhatsApp tersebut.
Namun, Mukroni menyebut dirinya tak mengetahui kejadian itu secara pasti. Yang jelas, sebagai pemimpin Mukroni telah mengingatkan Lurah kontroversial tersebut.
"Saya juga enggak tahu kejadiannya. Tapi kemaren saya konfirmasi ke beliau. Saya bilang gitu, Pak Lurah kalau berkomentar hati-hati. Jangan sampai ada yang kontroversial gitu lah. Kita kan wajib mengingatkan," ujar Makroni saat dihubungi TangerangNews, Selasa (6/10/2020).
Menurut penuturannya, ujaran yang menyinggung sara itu dilakukan jauh sebelum tahapan Pilkada berjalan.
"Kata beliau itu jauh hari sebelum Pilkada atau sebelum penetapan. Katanya itu sudah lama, jauh sebelum saya di Pamulang," katanya.
Ia meminta untuk kepada para pimpinan wilayah, seperti Lurah dan lainnya untuk saat ini lebih fokus dalam penanganan COVID-19.
"Kan lebih baik seperti itu. Kita fokus dalam penanganan COVID-19 saja dulu," tuturnya.
Sementara hingga saat ini, Lurah Benda Baru Saidun belum juga dapat dihubungi, sehingga belum bisa dikonfirmasi terkait beredarnya isi percakapan dalam grup WhatsApp tersebut.
Sebelumnya, nama Lurah Saidun sempat juga menyedot perhatian publik saat dirinya mengamuk di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Peristiwa yang dipicu kekesalan Saidun karena siswa yang direkomendasikannya ditolak pihak sekolah itu sempat bermuara ke Kepolisian. Namun, insiden yang terjadi pada Jumat 10 Juli 2020 itu berakhir dengan perdamaian. (RMI/RAC)