TANGERANGNEWS.com- Kenaikan kasus gagal ginjal belakangan ini telah menyebabkan rasa kekhawatiran pada beberapa orang.
Gagal ginjal bisa terjadi secara mendadak (“acute”) atau secara bertahap lebih dari 3 bulan bahkan bertahun (“chronis”) yang disebut Penyakit Ginjal Kronik (PGK).
Di Indonesia diperkirakan PGK berkisar 10%, artinya satu diantara 10 orang penduduk mengalami PGK. PGK sering tidak bergejala pada awalnya, berlangsung secara senyap (“silent”) tapi progressif dan berakhir pada gagal ginjal tahap akhir (tahap 5).
Berdasarkan laporan (IRR=Indonesian Renal Registry, tahun 1918) penyebab utama PGK adalah hipertensi (36%), diabetes (28%), radang ginjal/ glomerulonephritis (GN) (10%), infeksi (3%) dan penyebab lain misal batu (1%), kista (1%), asam urat (1%) dll.
Dengan demikian, sebenarnya PGK bisa dicegah, dikendalikan (diobati) sehingga tidak sampai gagal ginjal tahap akhir.
Tahapan berat ringannya sakit ginjal didasarkan atas tingkat fungsi ginjal (laju filtrasi glomerulus /LFG) dalam satuan mili-liter per menit (ml/m) yang sering dianalogikan sebagai persentasi fungsi ginjal dalam persen (%).
Apa itu Penyakit Ginjal Kronis?
Konsultan Ginjal Hipertensi dari Eka Hospital BSD Tangerang Selatan (Tangsel) dr. Tunggul Diapari Situmorang, Sp.PD-KGH menjelaskan, PGK diklasifikasikan menjadi 5 tahap (grade), yaitu; tahap 1 bila fungsinya > 90 ml/m, tahap 2 bila fungsinya antara 60-90 ml/m, tahap 3 bila fungsinya 30-60 ml/m, tahap 4 bila fungsinya 15-30 ml/m dan tahap 5 dimana fungsi ginjal sudah kurang dari 15 ml/menit (sering di-analogikan ≤ 15 %.) Pada tahap 5 ini seseorang sudah dianjurkan untuk menjalani Terapi Pengganti Ginjal (TPG).
Dokter Tunggul menyebut pilihan TPG yang tersedia dan dapat dilakukan misalnya dialisis, biasa disebut cuci darah atau dengan melakukan transplantasi (cangkok ginjal).
TPG yang paling ideal adalah transplantasi ginjal, karena ginjal sehat yang baru dapat menggantikan semua fungsi ginjal yang sudah gagal.
Dalam hal transplantasi ginjal, maka baik yang menerima (resipient) maupun yang memberikan ginjalnya (donor) masing-masing hidup dengan satu ginjal yang berfungsi dengan baik, karena itulah setiap orang yang akan mendonasikan ginjalnya harus diperiksa secara sangat teliti dan cermat, dalam kondisi sehat dan kedua ginjal berfungsi baik.
Pendonor akan tetap sehat dan hidup secara normal meski mendonorkan satu ginjalanya kepada orang lain.
Bagaimana Seseorang bisa Mendonorkan Ginjalnya?
Kriteria seseorang dinyatakan layak menjadi pendonor ginjal yaitu berusia antara 18-60 tahun dengan fungsi ginjal ≥ 80 ml/m, tidak memiliki penyakit maupun “faktor resiko” yang potensial akan berpengaruh buruk terhadap ginjalnya, misal penyakit hipertensi, sakit gula (DM), pernah/ memiliki riwayat sakit ginjal seperti batu ginjal, sakit auto-imun atau penyakit lainnya.
Perilaku hidup tidak sehat seperti sering mengonsumsi alkohol atau perilaku yang tidak menjaga kesehatan secara baik, tidak akan bisa menjadi pendonor ginjal.
Apa yang Perlu Diperhatikan Penerima Ginjal?
Di lain pihak, si penerima pun harus dipersiapkan secara baik. Proses transplantasi ginjal yang dilakukan secara profesional meliputi seleksi cermat terhadap donor maupun resipien.
Dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang baik, pelaksanaan operasi dan perawatan serta monitor pasca operasi.
Beberapa prosedur dan serangkaian tes yang panjang serta rinci perlu dilakukan bagi pendonor juga penerima ginjal agar dapat dipastikan keberhasilannya.
Operasi transplantasi ginjal adalah operasi elektif, tidak terburu-buru dan tidak ada target batasan waktu. Dengan demikian harus direncanakan sebaik-baiknya dengan resiko seminimal mungkin, baik pada penerima maupun pada pendonor.
Jadi, jelas bahwa tidak perlu takut dan khawatir untuk mendonorkan satu ginjal kepada yang membutuhkan sejauh itu dilakukan secara standard profesional kedokteran yang baku.
Pada transplantasi ginjal yang berhasil, pendonor maupun penerima, hidup dengan satu ginjal yang sehat.
Namun yang sering menjadi pertanyaan Apakah orang bisa hidup sehat dengan satu ginjal? Apakah aman? Ginjal memiliki fungsi yang cukup penting dalam tubuh, sehingga ketika jumlah ginjal tinggal satu seperti apa dampaknya dalam kehidupan orang tersebut? Untuk itu, mari kita cermati lebih dalam.
Apa Peran Ginjal bagi Tubuh?
Ginjal, kata dokter Tunggul, merupakan organ dalam tubuh yang terletak di samping belakang daerah pinggang berbentuk seperti kacang merah dan berfungsi untuk menyaring atau membersihkan zat-zat toksik (beracun) sisa proses metabolisme tubuh (“waste product”) dan zat-zat berbahaya lainnya yang masuk kedalam tubuh, misalnya keracunan obat dan lain-lain.
Dua ginjal dalam setiap tubuh manusia, berukuran sebesar kepalan tangan orang tersebut dan masing-masing memiliki peran sama sehingga tubuh dapat menyaring darah kita dari zat-zat berbahaya dengan maksimal setiap harinya.
Setiap hari ginjal menyaring darah hingga 200 liter, hal ini dilakukan agar zat-zat berbahaya tidak menumpuk dan tersebar ke dalam tubuh. Sisa-sisa zat tersebut kemudian akan dibuang melalui urine saat buang air kecil.
Inilah mengapa menjaga kesehatan ginjal sangat penting karena jika tidak berfungsi dengan baik, tubuh akan berisiko tertumpuk zat-zat toksik yang berbahaya dan berakibat fatal bahkan menyebabkan kematian.
Ada beberapa fungsi ginjal, yaitu:
- Menyaring dan membersihkan darah dari sisa-sisa proses metabolik (waste product) dan membuangnya dalam bentuk produksi urin
- Menjaga keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
- Membantu dalam proses produksi sel-sel darah merah
- Mengontrol tekanan darah
- Menjaga keseimbangan pH darah
- Menjaga kesehatan tulang
Apa Jadinya Jika Seseorang Hidup Hanya Dengan Satu Ginjal?
Dalam kondisi tertentu, seseorang harus hidup dengan satu ginjal saja, seperti misal satu ginjalnya diangkat karena telah terinfeksi parah, atau seseorang mendonorkan satu ginjalnya kepada pasien gagal ginjal, atau seseorang yang memang terlahir dengan satu fungsi ginjal saja.
Lebih lanjut dokter Tunggul memaparkan, meski dilengkapi dengan 2 ginjal, sudah terbukti bahwa manusia dapat hidup sehat meski hanya memiliki satu ginjal dalam tubuhnya.
Kehilangan satu ginjal tidak akan membuat kerja ginjal yang satunya menjadi menurun selama masih dalam kondisi sehat.
Oleh sebab itu tidak perlu khawatir jika hidup dengan satu ginjal, dengan mempertahankan gaya hidup sehat, menjaga pola makan bergizi, berolahraga secara teratur, dan melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter, hidup dengan satu ginjal tidak akan menjadi masalah.
Data dari asuransi jiwa yang membandingkan lamanya hidup orang dengan satu ginjal dan dua ginjal tidak menunjukkan perbedaan.
Hal yang sama pada observasi 62 orang prajurit AS yang hidup dengan satu ginjal akibat korban perang, dibandingkan dengan 620 orang prajurit lainnya dengan dua ginjal, diikuti sampai 45 tahun, menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada perbedaan yang bermakna.
Juga pada observasi pendonor ginjal dibandingkan dengan populasi dengan dua ginjal, yang di observasi selama 20 tahun, tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara keduanya.
Apa Ada Efek Samping dari Hidup Dengan Satu Ginjal?
Menurut dokter Tunggul, pada uji coba dengan tikus yang diangkat satu ginjalnya dan dimonitor, ternyata ginjal yang tinggal tersebut mengalami pembesaran (hypertrophy) sebagai upaya kompensasi.
Hal yang sama terjadi pada manusia yang dilahirkan dengan hanya satu ginjal atau pada pendonor ginjal, dimana ukuran ginjalnya menjadi relatif lebih besar sebagai upaya kompensasi.
Adakah resiko yang dihadapi dengan satu ginjal?
Resiko yang dialami pendonor tentunya saat menjalani operasi sebagaimana pada umumnya, yang tentunya sudah dipersiapkan dengan baik.
Dilaporkan memang ada resiko sedikit lebih tinggi kemungkinan terjadinya hipertensi pada pendonor ginjal.
Oleh sebab itu, menjaga kesehatan secara umum dengan pola hidup sehat akan sangat penting pada seseorang yang hanya memiliki satu ginjal.
Tips Menurunkan Risiko yang Disebabkan Oleh Hidup Dengan Satu Ginjal
Namun tidak perlu khawatir karena kebanyakan kasus orang yang hidup dengan satu ginjal menunjukan kualitas hidup yang baik.
Risiko-risiko ini hanya bisa terjadi jika upaya dalam menjaga kesehatan ginjal tidak dilakukan dengan baik.
Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko yang bisa terjadi karena hidup dengan satu ginjal:
- Memastikan kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan baik sesuai dengan rekomendasi dokter. Umumnya untuk kebutuhan dasar jumlah cairan yang diperlukan adalah 30 cc/kg berat badan. Tentunya kebutuhan ini bertambah bila ada aktivitas misal olahraga atau peningkatan suhu.
- Menjaga pola makan sehat dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi garam (Na=sodium) dan fosfor yang akan menambah beban ginjal.
- Membatasi minuman manis sehingga kerja ginjal tidak terlalu keras.
- Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan atau olahraga berat seperti sepak bola, panjat tebing, atau olahraga yang melibatkan kerja otot-otot, karena akan meningkatkan beban dan risiko kerusakan ginjal.
- Berhenti konsumsi rokok dan alkohol karena buruk untuk kesehatan secara umum termasuk kesehatan ginjal.
- Secara berkala lakukan konsultasi dan pemerikaan medical check-up (MCU) sesuai umur.
Demikian seputar informasi terkait ginjal. Jika hidup dengan DUA GINJAL SEHAT adalah SEMPURNA, maka hidup dengan SATU GINJAL SEHAT adalah CUKUP.
Yang jelas adalah baik hidup dengan dua atau satu ginjal, memerlukan POLA HIDUP SEHAT untuk memelihara dan menjaga kesehatan seutuhnya termasuk kesehatan ginjal. Salam Sehat!