TANGERANGNEWS—Kesan kumuh, becek, dan tak teratur hingga kini masih melekat erat pada pasar tradisional di hampir seluruh di Indonesia. Tidak terkecuali di Kota Tangerang Selatan. Akibat kesan buruk tersebut, posisi pasar tradisional kian tersudut oleh hadirnya pasar modern yang menawarkan suasana lebih nyaman.
Untuk menghilangkan kesan tidak mengenakkan itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangsel membuat sejumlah program yang ditujukan bagi pedagang pasar tradisional. Tujuannya agar para pedagang pasar tradisional mampu mengubah mindset-nya dalam mengelola dagangannya.
Salah satu program yang sudah dilakukan adalah “Bintek Penanganan Barang/Produk Bagi Pedagang” pada Selasa, 6 Maret 2012. Total ada 50 pedagang pasar tradisional Pasar Serpong dan pengelola pasarnya yang ikut dalam pelatihan ini.
Menurut Kepala Seksi Pengelolaan Informasi dan Analisa Pasar Disperindag Kota Tangerang Selatan Edwin Qodrianto, acara ini menghadirkan konsultan yang cukup kompeten dalam menangani penataan pasar tradisional. Selain itu dihadirkaan pula pengelola pasar modern untuk berbagi pengalaman.
“Respons yang diberikan pedagang pasar tradisional sangat bagus. Bahkan mereka (para pedagang, red) meminta agar pelatihan semacam itu diberikan kepada seluruh pedagang pasar. Supaya semuanya tahu,” kata Edwin, Senin (12/3/2012).
Edwin membenarkan bahwa pelatihan itu diberikan untuk membekali pedagang dengan pengetahuan soal penataan barang dagangan dan tokonya secara baik. Misalnya bagaimana mendisplay produk supaya menarik, menata interior toko dan pengetahuan lainnya. Sebab dia mengakui, kalau para pedagang tradisional umumnya belum menaruh perhatian tentang tata cara menata barang.
“Pedagang tradisional umumnya hanya berpikir jualan dan dapat untung. Padahal di era persaingan seperti sekarang ini, tampilan yang menarik dan bersih itu mutlak diperlukan. Kalau tampilan dan kebersihan tidak diperhatikan, posisi pasar tradisional akan semakin ditinggalkan,” tukas Edwin.
Dilakukan Bergilir
Jumlah pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan tercatat ada enam buah. Namun dari jumlah itu, hanya empat yang dikategorikan aktif. Keempat pasar tradisional itu masing-masing Pasar Serpong, Pasar Ciputat, Pasar Jombang dan Pasar Bintaro. Rata-rata setiap pasar tradisional itu terdapat sekitar 400 pedagang, kecuali Pasar Ciputat yang jumlahnya mencapai 600 pedagang.
Dengan banyaknya jumlah pedagang di pasar tradisional, Edwin menyadari bahwa pelatihan yang diberikan Disperindag Kota Tangsel tidak akan menjangkau semuanya. Oleh karena itu, pihaknya pun melakukan secara bergiliran di setiap pasar tradisional.
“Kalau tahun ini di Pasar Serpong, tahun berikutnya mungkin di Pasar Ciputat atau Pasar Jombang. Yang jelas setiap pelatihan yang kita lakukan akan melibatkan pengelola pasarnya, supaya mereka bisa turut serta mensosialisasikan kepada pedagang yang belum ikut dalam pelatihan,” tambah Edwin.
Terkait dengan program evalusai atas hasil dari pelatihan, hal itu juga sudah dipikirkan Disperindag Kota Tangsel. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan hasil pelatihan, kata Edwin, pihaknya melakukan pemantauan langsung dari dekat. Nah, bagaimana caranya?
“Kebetulan kita setiap minggu melakukan pemantauan harga sejumlah komoditi di pasar tradisional. Jadi, sembari melakukan pemantauan harga, kita juga melihat toko-toko yang pedagangnya sudah ikut pelatihan. Dari situ kita bisa lihat apakah materi pelatihan sudah dipraktikkan atau belum. Jika belum ya kita dorong mereka untuk segera menerapkan,” papar Edwin.
Dia juga menginformasikan, bahwa pelatihan yang dilakukan Disperindag Tangsel bukan hanya untuk pedagang pasar tradisional. Pelatihan juga akan diberikan untuk pemilik warung yang skalanya mikro dan kecil. Namun, untuk pelatihan bagi para pemilik warung, materinya soal manajemen keuangan.
Menurut Edwin, dari hasil penelusurannya di lapangan masih banyak ditemukan pemilik warung yang belum menerapkan prinsip manajemen keuangan yang benar meskipun dengan tataran yang masih sederhana. Oleh karena itu, menjadi sesuatu yang sangat penting apabila para pemilik warung diberikan pelatihan tentang manajemen keuangan.
“Sampai saat ini mayoritas pemilik warung khsusunya yang skala mikro masih mencampur adukkan antara uang untuk keperluan pribadi dan untuk modal. Padahal itu kan tidak sehat. Makanya, kita akan berikan pelatihan bagaimana tata cara mengelola keuangan yang baik,” tandas dia. (FAW/ADV)