TANGERANGNEWS.com- Perusahaan teknologi raksasa, Google berencana melakukan perubahan dalam model bisnisnya, terutama untuk produk searching atau pencarian online.
Menurut laporan Financial Times, Google tengah menggodok cara untuk menawarkan fitur premium yang didukung kecerdasan buatan (AI) dalam produk searching atau pencarian dengan membayar.
Fitur pencarian AI canggih ini disebut bakal menjadi bagian dari layanan langganan Google yang sudah ada seperti Gemini Advanced atau Google One.
Dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa bahkan tier premium dari Google Search akan tetap termasuk iklan.
Namun, untuk versi mesin pencari Google yang digunakan saat ini akan tetap gratis untuk digunakan.
Melansir dari Android Authority, Senin, 8 April 2024, potensi perubahan besar ini tampaknya berasal dari kebutuhan Google untuk seimbang antara dua prioritas, yakni mengintegrasikan AI mutakhir ke dalam pengalaman pencariannya sambil melindungi iklan pencarian yang menguntungkan yang menjadi tulang punggung keuangannya.
Pendapatan iklan terkait pencarian yang luar biasa sebesar $175 miliar tahun lalu menegaskan taruhan yang terlibat.
Google tampaknya melihat, lonjakan pesat ChatGPT dari OpenAI, sehingga mendorong perusahaan ini ke dalam perlombaan dominasi AI.
Google mulai menguji layanan pencari AI-nya, yang dikenal sebagai Pengalaman Pencarian Generatif (SGE), pada Mei 2023, lalu.
SGE menawarkan ringkasan dan respons yang didukung AI terhadap pertanyaan, bersama dengan penyajian tradisional dari tautan dan iklan.
Baru-baru ini, pengalaman SGE secara bertahap mulai menjadi pengalaman default bagi sejumlah pengguna terbatas setelah sebelumnya hanya tersedia secara sukarela. Namun, Google menghadapi tantangan dalam menyatukan fitur-fitur SGE ini ke dalam mesin pencari utamanya, mungkin karena biaya komputasi yang tinggi terkait dengan model AI generatif.
Meskipun SGE memiliki potensi manfaat bagi pengguna, namun sekaligus menggoyahkan fondasi model bisnis Google saat ini.
Kemampuan AI untuk memberikan jawaban komprehensif dapat mengurangi jumlah klik pengguna pada tautan situs web, yang berpotensi mengurangi jumlah impresi iklan dan mengancam aliran pendapatan utama Google.
Saat ini, para insinyur Google sedang mengembangkan teknologi ini, namun keputusan dan jadwal peluncurannya masih belum pasti.