TANGERANGNEWS-Sambil menyantap tahu setengah matang dan tahu Sumedang, Bibit Samad Rianto menyaksikan pernyataan Presiden SBY di layar kaca televisi rumahnya bersama pengacara KPK Ahmad Rivai dan adiknya Mualim.
Bibit yang kala itu mengenakan kemeja berwarna putih kebiruan dengan peci dan sarung, tampak santai sekali menonton televisi berukuran 21 inci tanpa remote control di ruang tamu yang sudah diset untuk nonton bareng bersama wartawan di kediamannya yang beralamat di Desa Pedurenan, RT 01/12 No.7 Kelurahan Pedurenan, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang. Sedangkan keluarga dan cucuknya di ruang keluarga.
Tak ada tepuk tangan dan sorak sorai kala Presiden SBY menerangkan bahwa kasus ini jelas tidak perlu sampai persidangan. Bibir berkumis putih itu hanya tersenyum saat SBY berkata adanya fitnah bahwa Partai Demokrat dan calon Presiden SBY terlibat dan menerima anggaran, dirinya tertawa renyah tanpa komentar.
Pria berusia 64 tahun itu rupanya memang sudah yakin benar bahwa SBY akan menggunakan hati nuraninya untuk menilai kebenaran dan memilih pilihan tepat terhadap kasus yang menarik Bibit sebagai pemeras Anggoro.
“Hahaha saya memang tidak terkejut dengan ini. Karena kalau saya presiden saya pasti melakukan hal yang sama. Apalagi tadi siang saya sudah bertemu Presiden, dan perkataannya nyaris sama dengan yang dikatakan kepada saya, yakni menyatakan dirinya sudah melakukan kajian survey di 33 provinsi. Tadi kita sudah diundang ke Istana,” ujar Bibit seraya tertawa kecil.
Dia lalu menjelaskan, pidato SBY itu sudah jelas dan tegas, bahwa Presiden telah menghendaki agar kasus ini tidak diselesaikan diluar pengadilan. Kesimpulannya, kata dia, sudah jelas Presiden tidak menghendaki kasus yang direkayasa itu dilanjutkan. “Saya sebelumnya sudah bilang kalau saya ini tak pernah melakukan apa yang dituduhkan itu semua. Tetapi itu lah sulitnya kalau sudah jadi tersangka, semua tidur saat saya bicara. Beruntung gusti Alloh tidak tidur,” ucapnya.
Suasana ruang itu bertambah hangat kala istri Bibit, Titik Sigiharti,59 membuatkan makanan ringan dan kopi hitam. Bibit lalu melanjukan komentarnya tentang apa yang disampaikan presiden setelah mengurani volume pada televisinya.
Presiden punya hak kontrol, dalam penyataannya itu, apa yang dikatakannya bukanlah intervensi. Dia sedang melakukan koreksi. “Kalau intervensi jika kasus yang seharusnya lurus, lalu karena takut terkena orang tertentu dibengkokan. Presiden memang hati-hati. Dia sadar SP3 itu bukan tugas dan kewajiban seorang presiden. Saya mengharapkan jika SP3 keluar, segera pulihkan nama saya bukan saya sebagai tersangka,” ujarnya.
Sementara itu, Pengacara KPK Ahmad Rifai mengatakan, apa yang dilakukan Presiden SBY sudahlah tepat. Ini adalah momen atau tonggak dasar dari bangunnnya Kepolisian dan Kejaksaan. “Jadi saya harap ini tonggak dasar kalau tidak ada bukti jangan pernah memaksakan, dan ini saya harap tidak hanya dalam kasus besar saja,” tuturnya. (dira)