TANGERANGNEWS.com-Kemajuan dunia teknologi informasi menuntut dunia pendidikan untuk cepat beradaptasi. Salah satunya penggunaan dunia ditigal dalam praktik pembelajaran.
Hal itu yang kini sudah diimplementasikan oleh SMAN 22 Kabupaten Tangerang yang berlokasi di Perumahan Puspiptek Asri, Kelurahan Pagedangan, Kecamatan Pagedangan. Sekolah yang kini memiliki 769 siswa itu sudah menerapkan ujian menggunakan perangkat informasi teknologi (IT).
Kepala Sekolah SMAN 22 Kabupaten Tangerang Cahya Budi mengatakan, program tersebut sudah diimplementasikan sejak tahun ajaran 2018-2019. Budi menyebut, gagasan itu bermula karena ujian nasional (UN) mewajibkan penggunaan IT.
BACA JUGA:
"Awalnya untuk membiasakan siswa agar mereka terbiasa ujian menggunakan perangkat informasi teknologi. Sehingga saat ujian nasional tidak lagi ada kendala," ungkap Budi di lokasi, Rabu (4/12/2019).
Kebijakan ini ternyata berdampak positif terhadap praktik belajar mengajar di sekolah tersebut. Karena terjadi efisiensi diberbagai hal, seperti waktu, biaya, dan tenaga.
Siswa SMAN 22 Kabupaten Tangerang tampak sedang menggunakan ponsel pintar saat ujian mid semester ganjil 2019, Rabu (4/11/2019).
"Metode ini juga membuat siswa semakin semangat belajar. Karena menurut mereka metode yang digunakan lebih dekat dengan perkembangan kekinian," imbuhnya.
Selain itu, metode ini juga membuat siswa lebih cepat mengetahui hasil ujian mid (tengah) semester dan semester, karena nilai ujian dapat diketahui oleh Wali Kelas masing-masing.
"Wali Kelas akhirnya juga dapat menghemat waktu untuk memeriksa hasil ujian masing-masing siswa. Mereka langsung bisa mengetahui hasil ujian secara real time setelah ujian selesai," jelasnya.
Ujian berbasis paperless ini juga sudah mulai diimplementasikan pada ujian harian siswa. Namun, belum semua mata pelajaran sudah menggunakannya.
"Ke depan, kami berupaya semua ujian tidak ada lagi berbasis kertas, semua berbasis IT," ucapnya.
Pantauan TangerangNews di lokasi, siswa tampak menggunakan ponsel pintar berbasis android, laptop dan tablet saat ujian akhir semester ganjil tahun ajaran 2019 ini.
Jingga Dwi Aulia Violetta Hapsari , siswa kelas 10 IPA 4 mengakui, metode ujian berbasis IT ini mempermudah dirinya. Namun, menurutnya, di sisi lain ada kekurangan yang harus diantisipasi oleh pihak sekolah.
"Misalnya saat ada gangguan jaringan, atau error, kami sama sekali enggak bisa mengakses server. Sehingga, kami harus menunggu sampai server bisa diakses," ujarnya.
#GOOGLE_ADS#
Meski demikian, lanjutnya, metode ini membuatnya terbiasa menggunakan gawai untuk keperluan ujian sekolah. Selain itu, membuat dia semakin terbiasa, sehingga tidak gugup saat menghadapi ujian nasional.
"Metode ini menyenangkan sih, karena kami juga dituntut belajar mandiri. Sebab, setiap soal memang harus dikerjakan sendiri, karena tiap-tiap siswa saat ujian soalnya beda-beda. Ini yang membuat kami harus belajar lebih giat lagi," pungkasnya.(MRI/RGI)