TangerangNews.com

Siti Nur Azizah Ajak Warga Tangsel Teladani Nabi dalam Membela Difabel

Yudi Adiyatna | Rabu, 4 Desember 2019 | 15:33 | Dibaca : 717


Siti Nur Azizah saat memberikan sambutannya dalam kegiatan pengajian di Majlis Ta'lim Al Falah dalam rangkaian Maulid Nabi Muhammad SAW, di Kelurahan Cirendeu, Ciputat Timur, Rabu (4/12/2019). (TangerangNews/2019 / Yudi Adiyatna)


 

 

TANGERANGNEWS.com-Siti Nur Azizah, puteri Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, memiliki perhatian luar biasa terhadap kelompok difabel. Ia menyebut, Nabi Muhammad SAW adalah teladannya untuk soal isu kemanusiaan tersebut.

Ia pun mengajak warga Tangsel untuk meneladani sifat Rasulullah SAW yang luar biasa dalam memperlakukan difabel saat menghadiri pengajian di Majlis Ta'lim Al Falah dalam rangkaian Maulid Nabi Muhammad SAW, di Kelurahan Cirendeu, Ciputat Timur, Rabu (4/12/2019).

Dalam sambutannya, Azizah mengatakan peringatan Hari Disabilitas Internasional tahun 2019 ini sangat istimewa, karena berdekatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. 

"Ini mungkin pembicaraan yang langka kita dapatkan. Saya akan membawakan tema, bagaimana meneladani sikap nabi terhadap kaum difabel, dan bagaimana semestinya kita perlakukan mereka di kota Tangsel yang kita cintai ini," ucapnya.

iti Nur Azizah saat memberikan sambutannya dalam kegiatan pengajian di Majlis Ta'lim Al Falah dalam rangkaian Maulid Nabi Muhammad SAW, di Kelurahan Cirendeu, Ciputat Timur, Rabu (4/12/2019).

Azizah melanjutkan, bagi dia atau bagi kaum difabel lainnya, Rasulullah Muhammad SAW lebih dari sekedar inspirator. Nabi adalah sosok pembela hak-hak kaum difabel. Bahkan sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu, Nabi selalu berada di garis terdepan memastikan bahwa orang-orang yang memiliki keterbatasan harus dipenuhi hak kebutuhannya.

"Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam berusaha untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap kaum difabel dengan mengajarkan bahwa tak seharusnya ada stigma atau sikap negatif bagi mereka yang berkebutuhan khusus," katanya dihadapan peserta yang mayoritas ibu-ibu setempat.

#GOOGLE_ADS#

Baca Juga :

Nabi, kata dia, menekankan bahwa disabilitas tidak mempengaruhi kesempurnaan mereka dimata Allah SWT selama mereka memiliki iman yang kokoh. Nabi juga mengajarkan bahwa tak seperti kepercayaan banyak orang, disabilitas bukanlah hukuman dari Allah SWT, tetapi merupakan pengampunan atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan.

Ia mengutip salah satu sabda Nabi dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari, bahwa tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa.

"Beliau (Nabi) selalu mengingatkan bahwa sesungguhnnya Allah SWT tidak melihat tubuh dan rupa manusia, melainkan melihat hati mereka. Rasulullah benar-benar hadir sebagai penyejuk mereka yang memiliki keterbatasan, dan meningkatkan kepercayaan diri mereka," tegasnya.

Sosok yang dikenal sebagai bakal calon (Bacalon) Wali Kota Tangerang Selatan pada Pilkada 2020 mendatang, menceritakan bahwa  dalam salah satu riwayat l, Nabi pernah menunjuk salah satu sahabat yang bernama Abdullah Bin Ummi Umm Maktum, seorang tuna netra sebagai muadzin.

Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang tuna-netra yang bergabung bersama orang-orang yang telah memeluk Islam dan dekat dengan Rasululllah. Meski matanya tak mampu melihat, ia diberi nikmat besar yang dikaruniakan Allah kepadanya. Ia memiliki naluri yang sangat peka untuk mengetahui waktu.

Jika menjelang fajar, berbekal tongkat ia keluar dari rumahnya, menuju masjid dan mengumandangkan azan di masjid Rasul. Bersama Bilal bin Rabah, Abdullah selalu bergantian mengumandangkan azan.

Bahkan Rasulullah pernah meminta Abdullah untuk memimpin kota Madinah saat Nabi berada di luar kota. Beliau memberikan kepercayaan yang luar biasa kepada kaum difabel.

Selain itu, lanjutnya, ada kisah lain tentang persahabatan Rasulullah Shallahau ‘Alaihi Wassallam dengan pria bernama Julaibib. Sahabat satu ini dijauhi oleh orang-orang disekitarnya karena memiliki tubuh yang pendek yang tak menawan.

Karena fisiknya yang kurang menarik, masyarakat Kota Madinah kurang senang dengan keberadaannya di kota tersebut. Selepas peristiwa Hijrah, baginda Rasulullah menjadikan ia seorang teman, merawat, dan mengangkat martabatnya.

 

Azizah kemudian mengutip sebuah hadist lain yang berbunyi: Sesungguhnya Julaibib ini sebahagian daripada aku dan aku ini sebahagian daripada dia.

 

"Begitu besar kasih sayang Rasul pantas kita teladani. Saya berharap setiap majelis taklim ke depan dapat turut serta mengambil peran memberi dukungan bagi kaum difabel yang ada di sekitarnya secara serius. Sebab dengan mengasihi, menyayangi, dan memberikan dukungan kepada merekalah jalan menuju surga terpampang luas," katanya.

"Jangan malah sebaliknya, orang mengaji mendapat ajaran-ajaran yang mencelakai sesama manusia seperti yang terjadi pada kasus terorisme. Boro-boro mereka mengaji untuk menyelamatkan kaum difabel, mereka malah menciptakan kaum difabel baru melalui aksi bom bunuh diri atau penyerangan lainnya, yang rasulullah tidak contohkan," tambahnya.

Di forum itu, Azizah menceritakan sejarah Hari Difabel Internasional, yaitu peringatan internasional yang disponsori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 1992 dan diperingati setiap tanggal 3 Desember. Peringatan ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan masyarakat akan persoalan-persoalan yang terjadi berkaitan dengan kehidupan para penyandang cacat dan memberikan dukungan untuk meningkatkan martabat, hak, dan kesejahteraan kaum difabel.

Ditegaskannya lagi, menjadi difabel bukan karena pilihan melainkan sebuah peran kebetulan yang karena satu dan lain hal tidak bisa tidak harus dijalankan. Karena itu kita tidak boleh nyinyir, membenci, atau meminggirkannya tetapi harus merangkulnya dan membesarkan hatinya.

Sehingga, kata dia, masyarakat harus menghormati, memberi ruang, dan mendukung mereka untuk mendapatkann hak-haknya sebagai manusia seutuhnya.

Negara pun, lanjutnya, harus berlaku afirmatif (mendukung dari sisi kebijakan) kepada mereka yang memiliki keterbatasan, karena fungsi keberadaan negara adalah untuk melindungi mereka yang lemah dan dilemahkan.

Selian itu, pemerintah harus memberi edukasi dan memberi kesempatan yang sama antara kaum difabel maupun non difabel guna mencapai potensi terbaik mereka dalam kehidupan.

"Kunci mencapai kesetaraan hak itu ada dua terbukanya aksesibilitas dan hilangnya stigma terhadap mereka. Mereka harus memiliki akses yang sama dengan yang lainnya, baik dalam pelayanan pemerintah,  hubungan industrial, akses pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan mobilitas sosial," katanya.

Akses yang baik tersebut, kata Azizah, baru bisa berjalan bila pemimpin dan masyarakatnya mampu menghilangkan stigma negatif terhadap mereka. Karena stigma negatif akan membentuk masyarakat dan pemerintahan ekslusif,  dimana kaum difabel akan terpinggir dan tertindas hidupnya. 

"Kita harus bersama-sama mendorong kota kita menjadi kota yang inklusif (terbuka) dan ramah bagi kaum difabel," ucapnya yang disambut tepuk tangan hadirin.

Untuk mewujudkan hal itu, Aziziah menegaskan, gedung-gedung pemerintahan, sarana kesehatan, gedung-gedung publik, mall-mall, masjid, gereja dan tempat ibadah lainnya,  kantor DPRD, kantor walikota, camat, lurah, sekolahan, jalan raya, tempat hiburan, dan sebagainya ke depan harus ramah kaum difabel. 

"Tangsel ini dibangun untuk siapa? Tangsel dibangun untuk seluruh rakyatnya, termasuk kaum difabel di dalamnya. Karena itu dalam kesempatan ini, mohon doa restu hadirin sekalian, Insyaallah saya akan maju dalam pemilihan walikota mendatang sebagai calon walikotanya. Saya mengajak kita semua memperjuangkan aspirasi ini dalam Pilkada tersebut," pungkas Azizah yang kembali disambut tepuk tangan ibu-ibu di majelis taklim tersebut.(RMI/HRU)