Oleh: Ayu Mela Yulianti, SPt., Pemerhati Generasi dan Kebijakan Publik.
TANGERANGNEWS.com-Stunting atau gagal tumbuh adalah satu kondisi dimana pertumbuhan anak tidak sesuai usia anak. Stunting dapat dicegah, namun tidak bisa diperbaiki. Sebab jika telah terkena stunting maka peluang untuk memiliki anak sehat dan tumbuh ideal sesuai usianya terlewatkan.
Untuk itu perlu adanya upaya pencegahan stunting yang efektf, efisien dan sistematis. Antara lain, calon ibu dicukupkan kebutuhan gizi hariannya, terpenuhi kebutuhan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Dilanjutkan dengan pemenuhan makanan bergizi yang diberikan saat ibu mengandung atau hamil. Pun begitu saat lahir tiba, maka bayi yang baru lahir harus diberikan ASI (air susu ibu) eksklusif di 6 bulan pertama kelahirannya, dan diteruskan dengan makanan pendamping ASI dan konsumsi makanan bergizi selama 1000 hari pertama kehidupannya.
Sehingga diharapkan dengan upaya memberikan makanan bergizi pada ibu dan anak, anak tidak terkena stunting dan tumbuh dengan sehat dan optimal sesuai usianya. Namun, urusan memberi makanan bergizi pada keluarga bukanlah urusan sepele hari ini. Sebab mahalnya harga bahan makanan sehat yang akan diolah dirumah, membuat kemampuan untuk membeli bahan makanan sehat tidak optimal.
Baca juga: Substitusi LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Digital, Perlukah?
Selain juga bahan makanan hari ini banyak terpapar dengan berbagai macam bahan adiktif, seperti pewarna, pengawet dan penguat rasa. Jikapun ada makanan yang tidak terpapar hal demikian semisal sayuran dan buah, namun juga proses produksi sayuran dan buah dikebun adalah dengan menggunakan air yang telah terpapar banyak limbah industri atau limbah rumah tangga.
Disamping itu, saat ingin memproduksi bahan makanan yang betul-betul sehat, terkendala dengan ketersediaan lahan untuk menghasilkannya. Dengan lahan yang sempit bahkan tidak memiliki lahan untuk sekedar menanam tanaman sayuran dan buah, menjadi kendala dalam menghasilkan bahan makanan sehat seperti yang diharapkan, yaitu bebas polusi dan bebas zat adiktif.
Jikapun akan membuat produksi tanaman sayuran dan buah dengan menggunakan teknologi hidroponik, namun perawatannya pun membutuhkan biaya ektra. Sedangkan mayoritas masyarakat kita adalah masyarakat miskin, yang terbatas kemampuannya dalam masalah biaya. Jangankan untuk membuat hidroponik dimedia khusus dengan perawatan khusus pula, untuk makan saja masih kekurangan dan jauh dari kata cukup.
Dan banyak beredarnya bahan makanan yang telah mendapat perlakuan penambahan zat adiktif semisal pada buah dan sayur, agar buah atau sayur tahan lama dan tidak cepat membusuk. Menambah panjang daftar persoalan untuk memperoleh bahan makanan sehat bergizi.
Disisi lain, walaupun untuk keluarga menengah keatas yang bisa dihitung dengan jari, pemenuhan gizi keluarga lebih mudah terpenuhi. Namun gaya hidup tidak sehat acapkali menjerat keluarga menengah- atas sehingga makanan yang dikonsumsi kadang kala tidak memenuhi kriteria sebagai makanan sehat.
Sedangkan untuk keluarga miskin, jangankan berbicara makanan bergizi, untuk sekedar menegakan tulang punggung saja mereka kesulitan, sebab terbatasnya kemampuan untuk membeli dan memproduksi makanan sehat.
Lihat juga: Sah! NIK jadi NPWP Mampukah Mendongkrak Pendapatan Negara?
Sehingga kasus stunting bisa dialami oleh dua golongan strata sosial ini, walaupun tentu saja lebih banyak diidap dan dialami oleh keluarga miskin. Nahasnya, hari ini kaya dan miskin bahkan tidak bisa dipertemukan dalam hubungan harmonis yang bisa menjembataninya.
Nampak dari angka kesenjangan sosial dikalangan masyarakat cukup tinggi, yang tentu saja juga akan mempengaruhi tingginya angka stunting dalam masyarakat. Karenanya urusan pencegahan stunting merupakan masalah sistemik yang penanganannya pun harus sistemik.
Bagaimana memenuhi kebutuhan pokok yang sehat bagi seluruh warga masyarakat, sehingga baik kaya maupun miskin dapat sama-sama makan makanan bergizi sehingga ancaman stunting bisa dihindari.
Sebab urusan stunting ini pun bukanlah sekedar urusan asupan makanan bergizi saja, namun juga terkait dengan gaya hidup. Semisal kalangan menengah-kaya tersandera dengan gaya hidup instant yang membuat mereka lebih menyukai hidangan-hidangan instan yang jauh dari kategori sehat.
Sedangkan golongan miskin juga tersandera dengan gaya hidup sembarangan dalam mengkonsumsi makanan, yang penting mengenyangkan dan masih bisa dimakan. Urusan gizi urusan belakangan.
Baca juga: Care For Election, Peduli Pemilu dan Pemilihan Serentak Tahun 2024
Karenanya memang harus ada pula upaya untuk mengentaskan kemiskinan yang membelit kehidupan masyarakat hari ini. Dan menjauhkan masyarakat dari gaya hidup yang tidak sehat. Sehingga baik golongan menengah-atas maupun golongan miskin dapat sama-sama sehat dan tidak mengalami stunting. Terpenuhi secara baik kebutuhan pangannya dengan makanan bergizi.
Dengan menggalakan budaya saling tolong menolong dan peduli pada sesama, membuka peluang kerja bagi yang membutuhkan, pemberian subsidi bagi seluruh warga masyarakat dan pemberian bantuan langsung bagi warga miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan mekanisme yang baik. Sehingga warga miskin dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehingga dengan menurunnya angka kemiskinan dalam masyarakat, ditambah dengan gaya hidup sehat dalam masyarakat, maka resiko stunting juga dapat diatasi.
#GOOGLE_ADS#
Selain juga perlu adanya upaya menggalakan makan makanan bergizi, yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan tubuh bukan gaya hidup. Sehingga baik seluruh warga masyarakat, terbiasa mengkonsumsi makanan sehat bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain juga tetap melakukan gaya hidup sehat, yang akan semakin membuat tubuh menjadi sehat sehingga bisa terhindar dari resiko terkena stunting.
Upaya pencegahan stunting perlu terus digalakan oleh semua kalangan dalam masyarakat, sehingga saat stunting bisa dicegah, masyarakat menjadi sehat dan kuat. Dan akan berkontribusi positif terhadap kekuatan bangsa.
Wallahualam.