TangerangNews.com

Begini Rencana Mengentaskan Masalah Sosial di Kota Tangerang

Achmad Irfan Fauzi | Jumat, 20 September 2019 | 15:17 | Dibaca : 1816


Kepala Dinas Sosial Kota Tangerang Suli Rosadi. (@TangerangNews / Achmad Irfan Fauzi )


TANGERANGNEWS.com—Kondisi kesenjangan sosial masih menjadi persoalan di Kota Tangerang. Pemerintah setempat memiliki strategi dan rencana dalam mengentaskan beragam permasalahan sosial.

Hal itu diungkapkan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial Kota Tangerang Suli Rosadi yang memiliki konsep pemikiran secara lugas dalam memberikan solusi untuk menangani persoalan sosial kepada TangerangNews, Jumat (20/9/2019).

Suli menyebut, cukup banyak permasalahan sosial yang harus ditangani di Kota Tangerang. Permasalahan itu di antaranya ihwal kelompok masyarakat pra sejahtera, yaitu seperti para lansia (lanjut usia), anak jalanan, pengemis, pemuda, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) hingga kaum disabilitas.

"Siapapun yang kondisinya pra sejahtera harus dipikirkan kesejahteraannya dan konsep pemikiran saya dalam menanganinya adalah melakukan pemberdayaan," ujarnya.

Dalam menangani masyarakat lansia, kata Suli, pihaknya memberdayakan mereka dengan berbagai aktivitas produktif di Rumah Perlindungan Sosial.

BACA JUGA:

Selain di Rumah Perlindungan Sosial, para lansia yang tinggal bersama keluarganya dan tinggal di panti sosial juga diberdayakan.

Menurut dia, para lansia harus memiliki aktivitas yang produktif untuk menghindari gejala kepikunan dan perspektif negatif terhadap ketidakgunaannya dalam hidup.

Ia juga mencontek penanganan lansia di negara maju yang memberdayakan para lansia dengan cara memperkerjakan hal-hal yang masih disanggupi mereka.

Selain itu, ia juga ingin sebuah kota memiliki ruang terbuka seperti taman yang dikhususkan bagi sesama lansia untuk berinteraksi.

"Jadi, kami ingin dorong mereka untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Minimal bermanfaat bagi dirinya sendiri," katanya.

Pemuda yang tergabung dalam karang taruna dan kelompok pekerja sosial juga tengah dan akan diberdayakan untuk menjadi manusia produktif.

Caranya adalah dengan menanamkan jiwa kewirausahaan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

"Agar mereka bukan masyarakat yang menunggu gaji, tapi masyarakat yang memberikan gaji sehingga kota dan negara ini berkembang," ucapnya.

Kaitan permasalahan anak jalanan dan kelompok pengemis. Eksistensi mereka masih tampak marak di Kota Tangerang. Menurut Suli, keberadaan mereka adalah sindikat.

Mereka hadir demi mengais rejeki dengan cara menebar belas kasihan. Ironisnya, mereka memperkerjakan anak-anak yang masih di bawah umur.

Di Kota Tangerang, keberadaan mereka dilarang. Pelarangan tertuang dalam peraturan daerah Kota Tangerang No 5/2012 tentang pembinaan anjal, gelandang, pengemis dan pengamen. Billboard perda itu telah terpampang jelas di kawasan yang marak digunakan untuk aktivitas mereka.

Terlepas dari itu, Suli menyebut permasalahan yang dialami dalam menangani mereka adalah tidak adanya sarana penampungan sosial bagi kelompok anak jalanan dan pengemis, karena ini kewenangannya Pemerintah Provinsi Banten. 

Walau begitu, kata Suli, dalam menangani permasalahan ini pihaknya telah berupaya untuk memberikan berbagai pelatihan bagi kelompok-kelompok tersebut, demi mencetak mereka yang mandiri atau berdikari (berdiri dengan kaki sendiri) tanpa menebar belas kasihan.

"Pelatihan-pelatihan sudah berjalan beberapa dengan kami mengirim mereka ke Pasarona di Rangkasbitung, Lebak," katanya.

Sementara terkait penanganan masyarakat eks ODGJ, Suli menyebut pihaknya mengarahkan mereka disisi pendampingan untuk menciptakan beragam keterampilan yang bernilai ekonomis.

"Sebab mereka harus diberi kesibukan, karena kalau tidak bisikan-bisikan psikologis akan muncul lagi untuk menjadi orang gila," tuturnya.

Sedangkan dalam menangani permasalah yang dialami kaum disabilitas, menutur Suli, pihaknya memiliki wadah bercocok tanam bagi mereka. Letaknya di samping kantor Dinas Sosial Kota Tangerang.

Kata Suli, keterbatasan fisik bukan suatu alasan bagi manusia untuk menjalani hidup dengan putus asa. Kaum disabilitas pun terus didorong untuk menjadi manusia yang mandiri.

"Caranya bukan selalu memberikan santunan kepada mereka. Karena memberikan santunan sama halnya memelihara kemiskinan. Harusnya mereka hidup dengan penghasilan dan ini yang mendorong dinsos," ucapnya.

#GOOGLE_ADS#

Suli merupakan yang aktif di organisasi Pramuka membuatnya paham dengan ragam permasalahan dan solusi dalam menangani sosial kemasyarakatan.

Ia ingin membentuk suatu wadah pemuda yang peduli terhadap permasalahan sosial di Kota Tangerang.

"Saya akan membentuk Saka Bina Sosial. Itu nanti akan mencetak adik-adik yang punya semangat peduli sosial. Rencana saya itu. Kita harus ciptakan masyarakat-masyarakat yang peduli," tuturnya.

Sebab, Suli menambahkan, dalam mengentaskan permasalahan sosial tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Melainkan tugas bersama sehingga ia mengharapkan ada kepedulian dari masyarakat untuk terlibat menangani permasalah ini.

"Masalah sosial bukan masalah dinas sosial. Tapi itu masalah kepentingan masyarakat juga," pungkasnya.(RAZ/RGI)