TANGERANGNEWS.com-Tawuran yang melibatkan pelajar masih kerap terjadi. Tangerang termasuk daerah penyumbang kasus tawuran antarpelajar. Setiap tahunnya pemberitaan tidak luput dari tawuran yang melibatkan pelajar Tangerang.
Perilaku menyimpang ini umumnya ditenggarai oleh tradisi turun-temurun antarsekolah, salah satunya yakni permusuhan SMK Bhipuri Serpong dan SMK Sasmita Jaya Pamulang. Dari tawuran tersebut berakibat pada jatuhnya korban jiwa.
Pemerintah daerah telah berupaya menanggulangi masalah yang menghinggapi kalangan remaja ini, mulai dari pembentukan satuan tugas, rencana menyediakan ring tinju resmi bagi pelajar yang hobi tawuran, hingga sosialisasi oleh pihak keamanan dengan cara mendatangi tiap-tiap sekolah.
Namun, upaya tersebut belum mendapat hasil yang signifikan. Pelajar di Tangerang masih saja kerap melakukan tawuran, seperti yang baru-baru ini terjadi di depan kantor Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang pada Jumat, 14 Oktober 2022.
Baca juga: Tawuran Pecah di Depan Kantor Kecamatan Cikupa Tangerang
Lalu, apa yang menyebabkan tawuran antar pelajar?
Dilansir dari merdeka.com pada Selasa, 18 Oktober 2022, ada beragam faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, tetapi setidaknya ada dua faktor yang menjadi faktor utama, yakni faktor internal dan eksternal.
Faktor Internal
Mengalami krisis identitas (identity crisis)
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, para pelaku tawuran pelajar umumnya merupakan sekelompok remaja yang sedang melakukan pencarian jati diri demi mendapat identitas. Identitas tersebut berupa pengalaman terhadap nilai-nilai yang akan mewarnai kepribadiannya. Para pelaku tawuran tersebut justru mengalami krisis identitas.
Baca juga: Gagal Tawuran, Sejumlah Anggota Gangster di Tangsel Diringkus
Remaja cenderung mengikuti perilaku figur yang sedang trend di lingkungannya. Jika remaja tidak mampu menginternalisasi nilai-nilai positif ke dalam dirinya, maka akan berakibat buruk. Berakibat pada penyimpangan perilaku yang berujung pada kekerasan.
Memiliki kontrol diri yang lemah (weakness of self control)
Remaja memiliki ketidakstabilan emosi, emosi ini meliputi mudah marah, frustrasi, dan kurang peka terhadap lingkungan sosialnya. Ketidakmampuan menyelesaikan masalah secara rasional membuat remaja cenderung melarikan diri atau menghindari masalah dan lebih suka menyalahkan orang lain.
Baca juga: 12 Remaja Mau Tawuran di Jatiuwung Tangerang Diangkut Polisi, Ada yang Bawa Pedang
Karena itu remaja lebih senang menghadapi masalah dengan cara paling instan atau tersingkat.
Tidak mampu menyesuaikan diri (self mal adjustment)
Dinamika kehidupan yang makin beragam menuntut manusia untuk cepat beradaptasi, pelajar yang suka tawuran biasanya merupakan pelajar yang gagal menyesuaikan dirinya dalam lingkungan yang kompleks baik aneka ragam pandangan, ekonomi, budaya, dan perubahan lainnya.
Faktor Eksternal Penyebab Tawuran
Pengaruh media
Sebuah penelitian menyimpulkan media mampu mempengaruhi perilaku remaja menjadi lebih agresif. Meski, hal tersebut tidak menentukan kekerasan remaja langsung karena adanya kekerasan di media.
Lihat juga: Bacok Pelajar Sampai Jari Nyaris Putus saat Tawuran di Batuceper Tangerang, Sansan Ditangkap
Penelitian tersebut dilakukan oleh Research Institute of Moral Education, College of Psychology, Nanjing Normal University, Nanjing, China. Dalam penelitian tersebut salah satunya pada media video game selain meningkatkan perilaku agresif pun juga meningkatkan pikiran marah serta meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.
Pengawasan Orang Tua Tidak Memadai
Peran orang tua sebagai pengawas utama sangatlah penting. Sebab, remaja tanpa pengawasan dari orang tua ata orang cenderung berperilaku agresif atau melakukan aktivitas kriminal hal ini lantaran tidak adanya sumber yang mampu memberikan pilihan yang baik dan bagaimana untuk mengenali risiko.
Ketika orang tua tidak memberikan pengawasan yang memadai, remaja cenderung akan melakukan perilaku agresif atau aktivitas kriminal. Tanpa pengawasan orang dewasa, remaja tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat pilihan yang baik atau untuk mengenali risiko.
Lihat juga: Tawuran Antarkelompok di Pamulang Tangsel Tewaskan Satu Orang
Remaja membutuhkan disiplin yang adil dan tegas serta interaksi yang konsisten dan arahan dari orang tua. Saat orang tua mengambil peran aktif dalam kehidupan remaja mereka, itu mengurangi kemungkinan kekerasan remaja.
Tekanan teman sebaya
Faktor selanjutnya adalah karena adanya tekanan. Hal tersebut lantaran remaja yang biasanya tidak agresif ketika berada dalam suatu kelompok akan mendapat perlakuan seperti ‘kacung’. Oleh sebab itu mungkin saja remaja tersebut melakukan kekerasan demi mempertahankan tempat mereka dalam kelompok. Pengaruh tekanan teman sebaya dapat membuat remaja terlibat dalam perilaku pengambilan risiko.
Lihat juga: 30 Sekolah di Kota Tangerang Deklarasi Anti Tawuran
Komunitas dan Lingkungan
Lingkungan menjadi salah satu aspek penting dalam tumbuh kembang remaja dalam masa pencarian identitasnya.
Penelitian dari American Psychologist menunjukkan bahwa kekerasan remaja dapat menjadi bentuk "keadilan jalanan" sebagai jawaban atas kurangnya perlindungan polisi di beberapa lingkungan.
Lihat juga: Efek Jera, Siswa yang Tawuran di Tangsel Dikeluarkan dari Sekolah
Remaja tersebut kemudian berusaha seolah mengamankan lingkungan, tetapi cara yang digunakan ialah kekerasan meski tujuan awalnya hanya menertibkan daerah yang menurutnya merupakan daerah kekuasaannya. Akibatnya, hal tersebut seringkali berubah menjadi kekerasan geng, perang wilayah, perang menggunakan senjata, dan jenis kekerasan lainnya.
Itulah beberapa faktor yang menyebabkan tawuran seringkali melibatkan remaja atau pelajar, berbagai pihak dari lapisan manapun baik dari orang tua, pendidik maupun kalangan pihak keamanan harus bekerja sama bahu membahu menanggulangi hal ini sehingga dapat terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi para pelajar dalam masanya menuntut ilmu.