TANGERANGNEWS.com-Rencana pemerintah pusat melalui Kementrian Perdagangan untuk melakukan impor beras sebanyak 500.000 ton dari negara Thailand dan Vietnam ditanggapi beragam oleh masyarakat. Tak heran banyak pula Pemerintah Daerah yang menolak adanya beras impor masuk ke wilayahnya.
Pemkot Tangsel sendiri seperti diungkapkan Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan hingga saat ini, dirinya belum menerima adanya laporan beras impor masuk ke pasaran di wilayah Tangsel. Dalam artian beras-beras yang pada umumnya saat ini dikonsumsi masyarakat Tangsel berasal dari sawah-sawah milik petani lokal.
BACA JUGA:
"Sampai saat ini saya belum terima laporan ada beras impor masuk ke Tangsel," ungkap Benyamin, yang dihubungi Tangerangnews.com, Senin (15/1/2018).
Selain itu, dirinya pun menyebutkan stok beras untuk wilayah Tangsel sendiri sejauh ini tidak dalam kondisi mengkhawatirkan serta cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kota berpenduduk 1.5 juta jiwa tersebut.
"Stok beras di Tangsel masih aman untuk beberapa bulan kedepan," jelas Benyamin.
#GOOGLE_ADS#
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tangsel Maya Mardiana mengungkapkan, tingginya harga beras lokal yang saat ini beredar di pasaran disebabkan oleh kurangnya pasokan beras di pasar induk khususnya beras dengan kualitas medium.
"Berdasarkan informasi dari kementrian perdagangan, harga beras tinggi dikarenakan di bulan Januari saat ini baru memasuki masa panen, sehingga harga gabah ditingkat petani di daerah produsen masih tinggi diatas harga pembelian pemerintah," ujar Maya.
Selain itu Maya pun menyebutkan strategi Pemkot Tangsel sendiri dalam menurunkan harga beras adalah dengan memprioritaskan kegiatan operasi pasar bersama Perum Bulog dibandingkan dengan menerima adanya beras impor masuk ke dalam pasar.
"Selama masih dapat diintervensi oleh operasi pasar dengan indikasi adanya penurunan harga maka program tersebut yang akan terus digiatkan sesuai kebutuhan," terangnya.(RAZ/RGI)